SwaraWarta.co.id – Bagaimana pandangan Islam terhadap perkembangan Ipteks dan bagaimana cara memastikan kemajuan IPTEKS tetap selaras dengan nilai-nilai Islam? Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) adalah keniscayaan yang terus bergerak cepat.
Dalam konteks Islam, pandangan terhadap kemajuan ini sangatlah positif dan suportif, namun tetap dibingkai oleh nilai-nilai ketuhanan (Tauhid) dan etika (Akhlak).
Islam dan Dorongan Mencari Ilmu
Islam memandang IPTEKS sebagai bagian dari amanah Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di bumi. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis banyak yang secara eksplisit mendorong umatnya untuk menuntut ilmu dan menggunakan akal untuk merenungkan ciptaan-Nya.
ADVERTISEMENT
.SCROLL TO RESUME CONTENT
Ilmu pengetahuan, termasuk IPTEKS, tidak hanya dipandang sebagai sarana mencapai kemajuan duniawi, tetapi juga sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui pemahaman akan kebesaran-Nya di alam semesta.
Para ilmuwan Muslim di masa lalu, seperti Ibnu Sina dan Al-Khawarizmi, adalah bukti nyata bagaimana peradaban Islam pernah menjadi pusat riset dan inovasi dunia. Intinya, Islam tidak menolak kemajuan, melainkan menganjurkan pengembangannya demi kemaslahatan (kebaikan bersama).
Memastikan IPTEKS Selaras dengan Nilai Islam
Agar kemajuan IPTEKS tidak melahirkan kerusakan, perlu adanya integrasi yang erat dengan nilai-nilai Islam. Ada dua kerangka utama untuk memastikan keselarasan ini:
- Aqidah Islam sebagai Paradigma: Pengembangan IPTEKS harus didasarkan pada Tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah SWT adalah sumber segala ilmu dan pengetahuan. Ini berarti ilmu tidak boleh dilepaskan dari nilai spiritual (sekularistik) atau digunakan untuk menentang keberadaan dan syariat-Nya.
- Syariat Islam sebagai Standar Pemanfaatan: Pemanfaatan produk IPTEKS harus merujuk pada ketentuan halal dan haram dalam Syariat Islam. Suatu teknologi boleh digunakan jika mendatangkan manfaat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama, seperti menjaga moral, keadilan, privasi, dan kelestarian lingkungan.
Misalnya, pengembangan Kecerdasan Buatan (AI) harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai etika seperti kejujuran dan keadilan, serta tidak boleh melanggar hak privasi atau digunakan untuk tujuan yang diharamkan. Konsep kesederhanaan juga penting, mendorong penggunaan teknologi secara bijaksana dan menghindari sikap berlebihan (israf) yang dapat merusak keseimbangan hidup.
Dengan menjadikan iman dan akhlak sebagai kompas moral, kemajuan IPTEKS dapat benar-benar menjadi “Rahmatan Lil ‘Alamin” kebaikan bagi seluruh alam seperti yang dicita-citakan Islam.











