Pesona Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Dok. Ist)
SwaraWarta.co.id – Jika kamu berkunjung ke Bandung, jangan lewatkan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
Ini adalah kawasan konservasi alam yang asri, penuh dengan berbagai jenis tanaman, terutama pohon pinus (Pinus Merkusii).
Taman ini membentang dari Curug Dago, Dago Pakar, hingga Curug Maribaya, berada di area Sub-Daerah Aliran Sungai Cikapundung dan DAS Citarum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di atas lahan seluas 526,98 hektar yang tersebar di beberapa desa di Bandung dan Bandung Barat.
Awalnya, tempat ini dikenal sebagai Hutan Lindung Pulosari dan dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1922.
Setelah Indonesia merdeka, hutan ini diambil alih oleh Djawatan Kehutanan. Pada 23 Agustus 1965, namanya berubah menjadi Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk menghormati Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, seorang Perdana Menteri Indonesia asal Jawa Barat.
Akhirnya, pada 14 Januari 1985, kawasan ini resmi menjadi Taman Hutan Raya pertama di Indonesia.
Taman ini dihuni oleh lebih dari 2.500 pohon, dengan sebagian besar berupa pohon pinus, bambu, dan tumbuhan bawah seperti tekkan.
Fauna yang hidup di sini termasuk musang, tupai, kera, dan berbagai jenis burung seperti kepodang, kutilang, dan ayam hutan.
Selain menjadi tempat wisata, Taman Hutan Raya ini juga sering digunakan untuk penelitian, pendidikan, dan budidaya tanaman.
Ada banyak tempat menarik yang bisa kamu kunjungi di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, seperti:
Terletak hanya 500 meter dari pintu masuk taman, Gua Belanda adalah gua buatan yang dibangun pada tahun 1901 untuk pembangkit listrik tenaga air.
Pada 1941, gua ini menjadi markas militer Belanda dan digunakan sebagai gudang senjata serta penjara. Gua ini memiliki 15 lorong dengan panjang total 547 meter.
Berjarak 300 meter dari Gua Belanda, Gua Jepang dibangun pada 1942 oleh militer Jepang.
Gua ini digunakan sebagai barak militer dan tempat perlindungan. Ada 4 pintu masuk dan 2 lubang penjagaan, dengan bungker-bungker yang masih terjaga.
Tebing ini menjadi favorit para pengunjung, terutama untuk foto-foto di media sosial. Dari ketinggian 1.200 mdpl, kamu bisa menikmati pemandangan indah hamparan hutan dan kabut tipis yang melintasi patahan Lembang.
Curug Omas, juga dikenal sebagai Curug Maribaya, adalah air terjun dengan ketinggian sekitar 30 meter.
Aliran airnya berasal dari pertemuan Sungai Cikawari dan Sungai Cigulung. Kawasan ini menawarkan udara yang sejuk dan pemandangan alam yang menenangkan.
Air terjun ini terbentuk dari lava letusan Gunung Tangkuban Perahu ribuan tahun lalu. Di Curug Dago, kamu juga bisa menemukan dua prasasti peninggalan Raja Siam, yang tertulis dalam aksara Thailand.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menawarkan keindahan alam yang memikat, menjadikannya tempat yang sempurna untuk berwisata sambil menikmati udara segar.
Jaminan sosial merupakan pilar penting dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Negara bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan…
Gaya belajar merupakan pendekatan individu dalam menerima, memproses, dan mengingat informasi. Pemahaman tentang gaya belajar…
Bagaimana Anda selama ini menjadi guru? Apakah Anda sudah memahami Experiential Learning dan menerapkannya? Pertanyaan…
Pandemi Covid-19 telah memaksa perubahan besar dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Respons pemerintah dan…
Artikel ini membahas kunci jawaban cerita reflektif Modul 2 PPG 2025 tentang pengalaman mengajar dan…
Pandemi Covid-19 telah memaksa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat global. Perubahan ini, sebagian besar direncanakan,…