SwaraWarta.co.id – Gerakan kepanduan atau yang dikenal sebagai Pramuka di Indonesia memiliki akar sejarah yang kaya, terkait erat dengan semangat nasionalisme dan pendidikan karakter.
Namun, tahukah Anda siapa yang pertama kali mencetuskan istilah “Pandu” atau “Kepanduan” sebagai dasar gerakan ini?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Asal Mula Istilah “Pandu” dan “Kepanduan”
Konsep kepanduan di Indonesia terinspirasi dari gerakan Scouting yang didirikan oleh Lord Baden-Powell di Inggris pada 1907.
Namun, istilah “Pandu” atau “Kepanduan” sendiri lahir sebagai upaya para tokoh lokal untuk mengadaptasi gerakan ini dengan budaya dan semangat kebangsaan Indonesia.
Pada masa kolonial Belanda, organisasi kepanduan pertama di Indonesia didirikan oleh pemerintah kolonial dengan nama Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO).
Namun, para pemuda dan tokoh pergerakan nasional merasa perlu membentuk gerakan kepanduan yang lebih mencerminkan identitas Indonesia. Dari sinilah istilah “Pandu” mulai diperkenalkan.
Tokoh di Balik Istilah “Pandu”
Salah satu tokoh kunci yang berperan dalam penggunaan istilah “Pandu” adalah Soerjopranoto, seorang aktivis pendidikan dan pergerakan nasional.
Bersama organisasi seperti Jong Java dan Sarekat Islam, ia mendorong penggunaan istilah lokal untuk memisahkan gerakan kepanduan Indonesia dari pengaruh kolonial.
Pada 1923, K.H. Agus Salim, tokoh pergerakan nasional dan ulama terkemuka, juga turut memperkenalkan istilah “Pandu” sebagai terjemahan dari “scout”.
Ia menekankan bahwa kata ini berasal dari bahasa Sanskerta, “Pandava”, yang berarti “pahlawan” atau “pandai”, mencerminkan nilai keberanian dan kecerdasan.
Konsolidasi Gerakan Kepanduan Nasional
Pada 1928, melalui Kongres Pemuda II, berbagai organisasi kepanduan lokal bersatu dalam wadah Persaudaraan Antara Pandu Indonesia (PAPI). Istilah “Kepanduan” semakin menguat sebagai identitas gerakan yang berorientasi pada pendidikan karakter dan nasionalisme.
Setelah kemerdekaan, pada 1961, Presiden Soekarno secara resmi menyatukan seluruh organisasi kepanduan menjadi Gerakan Pramuka melalui Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961. Meski istilah “Pramuka” lebih populer saat ini, kata “Pandu” tetap menjadi bagian penting dari sejarah gerakan ini.
Warisan Nilai Kepanduan
Pencetus nama “Pandu” atau “Kepanduan” tidak lepas dari semangat para tokoh pergerakan yang ingin menanamkan nilai kemandirian, persatuan, dan cinta tanah air. Istilah ini menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme sekaligus fondasi pendidikan generasi muda Indonesia.
Dari masa ke masa, nilai-nilai Kepanduan tetap relevan, membentuk generasi yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Jadi, meski awalnya diadaptasi dari gerakan global, “Pandu” adalah bukti nyata kekayaan lokal dan semangat nasionalisme Indonesia.