Audit internal di PT Manisku mengungkap permasalahan serius dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya pada tiga fungsi utama: perencanaan, rekrutmen, dan seleksi karyawan. Ketiga fungsi ini belum berjalan optimal, berdampak negatif pada produktivitas dan efisiensi perusahaan secara keseluruhan.
Analisis mendalam menunjukkan bahwa PT Manisku kekurangan perencanaan tenaga kerja yang terstruktur. Banyak unit kerja tidak memiliki gambaran jelas tentang kebutuhan riil karyawan, baik dari segi jumlah maupun kompetensi. Akibatnya, rekrutmen cenderung reaktif dan tidak strategis, mengakibatkan perekrutan yang tidak tepat sasaran.
Perencanaan SDM yang Lemah
Kurangnya perencanaan SDM yang terstruktur juga berdampak pada ketidakadaan data SDM yang lengkap dan terupdate. Informasi penting seperti profil karyawan, catatan kinerja, dan kebutuhan pelatihan sulit diakses atau bahkan tidak tersedia. Hal ini membuat manajemen SDM berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai contoh, perusahaan mungkin kekurangan tenaga kerja terampil di bidang tertentu, namun justru merekrut karyawan dengan skill yang sudah berlebih. Atau sebaliknya, merekrut karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Proses Rekrutmen dan Seleksi yang Tidak Efektif
Audit menemukan bahwa PT Manisku juga kekurangan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur proses rekrutmen dan seleksi. Formulir wawancara, daftar pertanyaan, dan alat penilaian kompetensi tidak distandarisasi. Ini menyebabkan proses seleksi menjadi subjektif dan inkonsisten antar bagian, menghasilkan hasil yang kurang akurat.
Ketiadaan SOP membuat proses seleksi bergantung pada intuisi pewawancara, bukan pada indikator yang terukur. Hal ini meningkatkan risiko kesalahan dalam memilih calon karyawan yang tepat.
Dampak Negatif dari Sistem yang Buruk
Akibat sistem rekrutmen dan seleksi yang lemah, banyak karyawan yang ditempatkan tidak sesuai dengan kompetensinya. Hal ini berdampak pada penurunan produktivitas tim, tingginya tingkat pergantian karyawan (turnover), dan peningkatan biaya pelatihan ulang.
Beberapa posisi penting bahkan diisi oleh karyawan yang tidak memiliki keterampilan teknis yang memadai, mengganggu proses bisnis perusahaan dan berujung pada kerugian finansial. Ketidaksesuaian antara kualifikasi dan tugas kerja juga memicu ketidakpuasan di kalangan karyawan, menurunkan moral kerja dan produktivitas.
Solusi dan Rekomendasi
Untuk mengatasi permasalahan ini, PT Manisku perlu segera membentuk tim pengembangan SDM profesional yang bertugas menyusun perencanaan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan data yang akurat dan real-time. Perusahaan juga perlu melakukan pelatihan HRD secara berkala untuk meningkatkan kompetensi dan pemahaman para staf HRD.
Penyusunan SOP yang rinci dan terukur untuk proses rekrutmen dan seleksi sangat penting. Perusahaan juga perlu menggunakan alat ukur kompetensi yang objektif dan terstandarisasi, misalnya dengan mengadopsi kuesioner penilaian dari sumber terpercaya yang dapat memastikan hasil seleksi lebih akurat dan objektif.
Penggunaan kuesioner tersebut dapat membantu mengukur efektivitas dan efisiensi setiap tahap rekrutmen dan seleksi. Hasilnya bisa menjadi dasar untuk pembenahan sistem yang lebih terukur dan akuntabel, memberikan feedback yang berharga bagi proses perbaikan berkelanjutan.
Selain itu, manajemen PT Manisku perlu meningkatkan komitmen terhadap pengembangan SDM. Perusahaan tidak boleh hanya fokus pada target produksi, tetapi juga perlu memperhatikan pengembangan karyawan secara berkelanjutan. Kualitas SDM yang unggul menjadi kunci keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, pembenahan sistem SDM di PT Manisku membutuhkan pendekatan holistik dan komprehensif. Perusahaan harus berinvestasi dalam pengembangan SDM, baik melalui pelatihan, penyusunan SOP yang terstruktur, maupun penggunaan alat ukur kompetensi yang objektif. Hanya dengan demikian, perusahaan dapat memastikan keberhasilannya dalam persaingan industri yang semakin ketat.