Kereta Api (Dok. Ist)
Bagi kalian yang sedang mencari referensi jawaban soal Masinis Kereta Api, mengenal adanya budaya tunjuk dalam melakukan pekerjaan, gerakan tunjuk dilakukan dengan cara menunjuk dan menyebut status indikator, silahkan simak artikel ini sampai selesai.
Artikel ini berisi jawaban soal Masinis Kereta Api, mengenal adanya budaya tunjuk dalam melakukan pekerjaan, gerakan tunjuk dilakukan dengan cara menunjuk dan menyebut status indikator.
Untuk mengetahui jawaban lengkapnya, silahkan simak pembahasan berikut ini.
Masinis Kereta Api mengenal adanya budaya tunjuk dalam melakukan pekerjaan. Gerakan tunjuk dilakukan dengan cara menunjuk dan menyebut status indikator.
Gerakan ini tak hanya dilakukan oleh masinis, tetapi juga oleh petugas Kereta Api Indonesia (KAI) seperti kondektur, Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA), dan petugas penjaga perlintasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini merupakan bagian dari komitmen KAI untuk selalu memastikan keamanan dan keselamatan perjalanan kereta api. Di sisi lain, gerakan tunjuk-sebut juga membantu menjaga konsentrasi para petugas agar terhindar dari kesalahan fatal.
Menariknya, sistem tunjuk-sebut pertama kali dikembangkan oleh Biro Administrasi Kereta Api Kobe, Jepang, pada awal abad ke-20. Meskipun sempat dianggap metode yang “konyol” oleh sebagian kalangan Barat, penelitian menunjukkan bahwa gerakan tunjuk-sebut mampu mengurangi kesalahan kerja hingga 85%.
Gerakan tunjuk sebut yang dilakukan oleh masinis termasuk dalam teknik formalisasi prosedural (standard operating procedure / SOP).
Formalisasi jenis ini berfokus pada pembakuan langkah-langkah kerja untuk menjamin ketepatan, keamanan, dan efisiensi.
Dalam konteks masinis, setiap tindakan seperti menunjuk indikator tekanan, sinyal, atau posisi tuas kendali sambil menyebutkan statusnya merupakan bentuk penerapan SOP keselamatan kerja.
Tujuan utamanya adalah mengurangi risiko kelalaian manusia (human error) dan memastikan semua proses dilakukan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Contoh penerapan formalisasi ini di lapangan adalah:
Masinis menunjuk indikator tekanan rem, lalu menyebutkan status “tekanan normal”.
Sebelum berangkat, masinis menunjuk sinyal hijau sambil menyebut “sinyal aman, siap jalan”.
Tindakan ini tidak hanya mempertegas fokus kerja, tetapi juga berfungsi sebagai mekanisme verifikasi diri agar tidak ada tahapan penting yang terlewat.
Dalam dunia perkeretaapian, peraturan untuk penumpang juga merupakan bentuk formalisasi dalam bidang pelayanan dan keselamatan publik.
Beberapa contoh peraturan yang berlaku di lingkungan PT KAI antara lain:
Penumpang wajib memiliki tiket resmi dan identitas diri yang sesuai saat naik kereta.
Dilarang merokok di dalam kereta, termasuk di toilet dan sambungan antar gerbong.
Tidak diperbolehkan membawa barang berbahaya, seperti bahan mudah terbakar, senjata tajam, atau benda yang berpotensi menimbulkan ledakan.
Penumpang wajib mematuhi petunjuk keselamatan dari petugas dan tidak mengganggu kenyamanan penumpang lain.
Penumpang harus datang tepat waktu minimal 30 menit sebelum keberangkatan untuk proses check-in.
Dilarang turun atau naik di luar stasiun pemberhentian resmi.
Semua peraturan ini merupakan bagian dari sistem formalisasi pelayanan dan keselamatan, yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan ketertiban selama perjalanan kereta berlangsung.
Program orientasi untuk masinis baru termasuk dalam teknik formalisasi pelatihan dan pembinaan pegawai (training formalization).
Tujuan dari program ini adalah memastikan setiap masinis baru memahami:
Prosedur standar operasional (SOP) kerja di lapangan,
Prinsip keselamatan dan pelayanan,
Etika dan budaya kerja di lingkungan PT KAI, termasuk budaya tunjuk-sebut.
Dalam praktiknya, orientasi ini biasanya mencakup:
Pelatihan teknis tentang sistem kendali kereta, sinyal, dan komunikasi antarstasiun.
Simulasi kondisi darurat, seperti gangguan sinyal, rem mendadak, atau bencana alam.
Pendampingan langsung (mentoring) oleh masinis senior di lapangan.
Program ini menunjukkan bagaimana KAI membakukan proses pelatihan dan penanaman nilai-nilai kerja profesional, agar seluruh pegawai memiliki standar kompetensi dan tanggung jawab yang sama.
Budaya tunjuk-sebut yang diterapkan oleh masinis dan petugas KAI adalah salah satu bentuk formalisasi prosedural yang sangat efektif dalam mengurangi kesalahan kerja dan meningkatkan keselamatan transportasi publik.
Selain itu, penerapan peraturan bagi penumpang dan program orientasi bagi pegawai baru menunjukkan bahwa formalisasi dalam organisasi bukan hanya tentang aturan tertulis, tetapi juga mencakup pembiasaan perilaku profesional dan disiplin tinggi di setiap lini kerja.
Melalui kombinasi ketiganya, PT KAI berhasil membangun budaya kerja yang berfokus pada keselamatan, ketelitian, dan tanggung jawab sosial.
PT Kereta Api Indonesia (KAI). (2023). Pedoman Budaya Keselamatan dan Prosedur Operasional Standar Masinis.
Kompas.com. (2022). Gerakan Tunjuk-Sebut: Cara Jepang Kurangi Kesalahan Kerja hingga 85%.
Modul Manajemen Keselamatan Kerja, KAI Training Center (2024).
SwaraWarta.co.id – Bagaimana hubungan antara hakikat, martabat, dan tanggung jawab manusia? Konsep hakikat, martabat, dan…
Dalam era digital saat ini, kemampuan mencari informasi secara efektif dan akurat merupakan keterampilan penting,…
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila tidak hanya menjadi dasar hukum, tetapi juga pandangan…
SwaraWarta.co.id – Silakan Anda jelaskan arti penting diutusnya Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan hukum Allah…
SwaraWarta.co.id – Bagaimana mahasiswa dapat menggunakan media sosial secara positif dan bertanggung jawab untuk membangun…
SwaraWarta.co.id - Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak, kembali menjadi perbincangan hangat di dunia sepak bola…