Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) baru-baru ini merilis laporan yang mengkhawatirkan mengenai serentetan dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh anggota kepolisian di Indonesia pada awal Januari hingga pertengahan Februari 2024. Laporan tersebut mencatat setidaknya lima korban dari lima peristiwa berbeda yang melibatkan penyiksaan, salah tembak, dan penangkapan ilegal.
Pelanggaran HAM yang Terjadi
Kejadian-kejadian ini meliputi dua kasus penangkapan ilegal, dua kasus salah tembak, dan satu kasus penyiksaan yang mengakibatkan kematian. KontraS menekankan bahwa tindakan-tindakan ini merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
Hak Asasi Manusia yang Dilanggar
Kasus-kasus ini jelas merupakan pelanggaran terhadap hak atas kehidupan, kebebasan, dan keamanan pribadi sebagaimana dijamin oleh hukum internasional dan domestik. Salah tembak dan penyiksaan yang mengakibatkan kematian merupakan pelanggaran berat yang tidak dapat dibenarkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penangkapan sewenang-wenang tanpa proses hukum yang benar juga merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang fundamental. Korban-korban tersebut dirampas hak-hak dasarnya untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan sesuai dengan hukum.
Landasan Hukum dan Konstitusional
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menjamin setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Tindakan kepolisian yang brutal ini secara terang-terangan melanggar jaminan konstitusional tersebut.
UU Kepolisian juga menegaskan kewajiban Polri untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi justru menunjukkan kegagalan Polri dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Upaya Pemerintah dalam Perlindungan HAM
Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk menjamin perlindungan hak asasi manusia bagi seluruh warganya. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan langkah-langkah komprehensif dan tegas.
Penguatan Penegakan Hukum dan Akuntabilitas
Sistem peradilan harus memastikan bahwa pelaku pelanggaran HAM diproses secara hukum tanpa pandang bulu. Impunitas tidak boleh dibiarkan; para pelaku harus dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka, baik secara pidana maupun etik kepolisian.
Proses hukum yang transparan dan akuntabel sangat penting untuk membangun kepercayaan publik dan mencegah terulangnya kejadian serupa. Ketiadaan hukuman yang setimpal hanya akan memperburuk situasi dan mendorong tindakan serupa di masa mendatang.
Penguatan Lembaga HAM
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Pengadilan HAM perlu diperkuat kapasitasnya, baik dari segi kewenangan, sumber daya manusia, maupun kemandiriannya. Mereka harus memiliki akses dan wewenang yang cukup untuk menyelidiki dan mengadili kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk yang melibatkan aparat negara.
Penguatan lembaga HAM ini penting untuk memastikan pengawasan yang efektif dan memberikan rasa keadilan bagi korban pelanggaran HAM.
Reformasi dan Pendidikan HAM di Kepolisian
Reformasi internal Polri sangat penting. Pelatihan dan pendidikan HAM yang berkelanjutan bagi seluruh anggota Polri mutlak diperlukan. Hal ini bertujuan untuk membangun kesadaran dan pemahaman mengenai HAM, etika profesi, dan batasan wewenang.
Penting untuk menanamkan nilai-nilai HAM dalam setiap aspek pelatihan kepolisian, sehingga anggota Polri dapat bertindak sesuai dengan hukum dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Penyusunan dan Penegakan Instrumen Hukum
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan HAM perlu terus diperbarui dan dipertegas. Mekanisme pengaduan dan perlindungan saksi/korban juga harus diperkuat agar masyarakat berani melaporkan pelanggaran HAM yang terjadi tanpa takut akan pembalasan.
Adanya hukum yang jelas dan tegas merupakan faktor penting dalam mencegah dan menangani pelanggaran HAM secara efektif.
Pengawasan dan Partisipasi Publik
Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam pengawasan kinerja aparat penegak hukum. Mekanisme pelaporan dan pengaduan harus mudah diakses dan dijamin kerahasiaannya agar masyarakat merasa aman untuk melaporkan pelanggaran HAM yang mereka saksikan atau alami.
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam menjaga akuntabilitas dan transparansi penegakan hukum.
Evaluasi dan Reformasi Kelembagaan
Pemerintah perlu melakukan evaluasi berkala dan menyeluruh terhadap kinerja dan budaya organisasi kepolisian, termasuk sistem pengawasan internal dan eksternal. Jika ditemukan pola pelanggaran yang sistemik, reformasi kelembagaan yang komprehensif harus dilakukan.
Evaluasi berkala sangat penting untuk mengidentifikasi kelemahan dalam sistem dan melakukan perbaikan yang diperlukan.
Kerja Sama Internasional
Kerja sama dengan lembaga internasional seperti Amnesty International dapat membantu dalam memantau dan mengadvokasi perlindungan HAM di Indonesia. Kerja sama internasional dapat memberikan tekanan internasional agar pemerintah lebih serius dalam menegakkan HAM.
Kerja sama internasional dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan mendorong peningkatan perlindungan HAM di Indonesia.
Kesimpulannya, pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat kepolisian merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dan tindakan segera dari pemerintah. Hanya dengan upaya yang komprehensif dan komitmen yang kuat dari semua pihak, perlindungan HAM yang efektif dapat terwujud di Indonesia.