SwaraWarta.co.id – Apa itu co parenting? Perpisahan atau perceraian memang bukan hal yang mudah, namun peran sebagai orang tua tidak pernah berakhir.
Di sinilah istilah co-parenting menjadi sangat penting. Banyak pasangan yang telah berpisah memilih metode ini demi menjaga kesejahteraan psikologis anak.
Lantas, apa sebenarnya co-parenting dan bagaimana cara menjalankannya dengan efektif? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
ADVERTISEMENT
.SCROLL TO RESUME CONTENT
Apa Itu Co-Parenting?
Co-parenting adalah sebuah pola asuh di mana kedua orang tua yang sudah tidak terikat dalam hubungan pernikahan atau tidak lagi tinggal bersama, tetap berbagi tanggung jawab untuk membesarkan anak.
Berbeda dengan pola asuh tunggal (single parenting), dalam co-parenting kedua belah pihak bekerja sama sebagai “tim” untuk mengambil keputusan penting terkait pendidikan, kesehatan, hingga nilai-nilai moral anak. Fokus utamanya bukan lagi pada konflik masa lalu orang tua, melainkan pada kebutuhan dan kepentingan terbaik anak.
Manfaat Co-Parenting bagi Anak
Menjalankan co-parenting yang sehat memberikan dampak positif yang luar biasa bagi perkembangan mental anak, di antaranya:
- Rasa Aman: Anak merasa tetap dicintai oleh kedua orang tuanya meskipun mereka tidak lagi bersama.
- Stabilitas Emosional: Mengurangi risiko trauma, kecemasan, dan depresi pada anak akibat perceraian.
- Contoh Kedewasaan: Anak belajar tentang cara menyelesaikan konflik dan berkomunikasi dengan kepala dingin melalui contoh nyata dari orang tuanya.
Tips Menjalankan Co-Parenting yang Sukses
Mengesampingkan ego demi anak tentu menantang. Berikut adalah beberapa tips agar co-parenting berjalan harmonis:
- Pisahkan Perasaan Pribadi dari Hubungan Asuh: Berhentilah melihat mantan pasangan sebagai musuh. Anggaplah hubungan ini sebagai “hubungan bisnis” di mana kesejahteraan anak adalah tujuan utamanya.
- Komunikasi yang Konsisten: Gunakan media yang paling minim konflik, seperti WhatsApp atau aplikasi khusus parenting, untuk mendiskusikan jadwal dan kebutuhan anak.
- Satu Suara dalam Aturan: Usahakan agar aturan di rumah Ayah dan rumah Ibu tetap konsisten (misalnya jam tidur atau waktu bermain gadget) agar anak tidak bingung.
- Jangan Libatkan Anak dalam Konflik: Hindari menjelek-jelekkan mantan pasangan di depan anak atau menjadikan anak sebagai kurir pesan.
Co-parenting adalah tentang memberikan kesempatan bagi anak untuk tetap merasakan kehadiran sosok orang tua yang utuh dalam hidupnya. Meski membutuhkan kesabaran dan kompromi besar, hasil yang didapat—yaitu anak yang tumbuh bahagia dan percaya diri—tentu sangat sebanding.

















