DALAM Kasus Di Atas, Apakah Kagura Dapat Dituntut Menurut Hukum Pidana Di Indonesia? Uraikan Alasan Dan Sebutkan Dasar-Dasar Hukumnya

- Redaksi

Thursday, 22 May 2025 - 16:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kasus Kagura, warga negara Jepang yang mencetak dan mengedarkan uang rupiah palsu di Filipina, menimbulkan pertanyaan penting mengenai yurisdiksi hukum Indonesia dalam kasus ini. Meskipun tindakan pemalsuan terjadi di Filipina, dampaknya terasa di Indonesia karena uang palsu tersebut diedarkan di sini. Oleh karena itu, pertanyaan utama adalah: dapatkah Kagura dituntut di Indonesia?

Jawabannya adalah ya, Kagura berpotensi dituntut di Indonesia. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan hukum dan prinsip yurisdiksi. Pertama, objek kejahatan yang dilakukan Kagura adalah mata uang Indonesia (rupiah). Pemalsuan rupiah merupakan pelanggaran langsung terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Indonesia berkepentingan untuk melindungi mata uangnya dari pemalsuan, terlepas dari lokasi pemalsuan itu sendiri.

Kedua, prinsip ekstrateritorialitas terbatas berlaku di sini. Meskipun kejahatan terjadi di luar wilayah Indonesia, dampaknya terasa dan dirasakan di Indonesia karena peredaran uang palsu tersebut sampai ke wilayah Indonesia. Ini memberikan Indonesia hak untuk menuntut Kagura atas kejahatan transnasional tersebut. Penggunaan uang palsu di Indonesia oleh Badang, sebagai contoh, merupakan bukti dampak langsung dari tindakan Kagura.

Status Hukum Pemalsuan Uang di Indonesia

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang secara tegas melarang pemalsuan, penyimpanan, pengedaran, dan segala bentuk manipulasi rupiah palsu. Definisi rupiah palsu dijelaskan secara detail di dalam Undang-Undang tersebut, mencakup aspek bahan, ukuran, warna, gambar, dan desain. Tidak ada toleransi terhadap segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk meniru atau memalsukan mata uang negara.

Sanksi pidana untuk pemalsuan rupiah sangat berat. Pemalsuan diancam dengan hukuman penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp10 miliar. Pengedaran rupiah palsu diancam dengan hukuman penjara maksimal 15 tahun dan denda maksimal Rp50 miliar. Ketentuan ini menunjukkan keseriusan pemerintah Indonesia dalam memberantas kejahatan pemalsuan mata uang.

Pemalsuan Mata Uang Asing

Selain UU Mata Uang, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juga mengatur pemalsuan mata uang asing. Pasal 244 KUHP mengatur pemalsuan mata uang yang dikeluarkan oleh negara atau bank, dengan ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun. Ini berarti pemalsuan mata uang negara manapun dapat diproses hukum di Indonesia jika ada dampak atau pelanggaran di wilayah hukum Indonesia.

Baca Juga :  Jawaban Berdasarkan Informasi Diatas, Saudara sebagai Auditor Diminta untuk Menganalisis Fungsi Perencanaan, Rekrutmen dan Seleksi karyawan PT Manisku

Interpretasi Pasal 244 KUHP oleh para ahli hukum pidana juga memperkuat argumentasi ini. Objek pemalsuan tidak terbatas pada mata uang Indonesia, melainkan mencakup mata uang asing. Oleh karena itu, pelaku pemalsuan mata uang asing yang berdampak di Indonesia dapat diajukan ke pengadilan Indonesia.

Penerapan Hukum terhadap Kagura

Berdasarkan analisis di atas, Kagura dapat dituntut di Indonesia. Meskipun ia melakukan pemalsuan di Filipina, penggunaan uang palsu tersebut di Indonesia, merupakan pelanggaran terhadap hukum Indonesia. Ini memenuhi unsur ekstrateritorialitas terbatas yang memungkinkan Indonesia menuntut Kagura.

Tindakan Kagura dapat dikenakan pasal-pasal di dalam UU Mata Uang (Pasal 26 dan 36), yang mengatur tentang larangan dan sanksi untuk pemalsuan dan pengedaran rupiah palsu. Selain itu, pasal-pasal di dalam KUHP (Pasal 244 dan 245) juga dapat digunakan sebagai dasar hukum penuntutan. Bahkan, jika ada bukti penipuan dalam transaksi menggunakan uang palsu tersebut, Pasal 378 KUHP tentang penipuan juga dapat dikenakan.

Baca Juga :  Tips Memilih Program Studi di SNPMB 2025 agar Peluang Diterima Lebih Besar

Peran Badang

Status hukum Badang bergantung pada apakah ia mengetahui kepalsuan uang tersebut atau tidak. Jika Badang mengetahui kepalsuan uang rupiah yang diterimanya, ia dapat dituntut berdasarkan Pasal 245 KUHP karena mengedarkan uang palsu. Namun, jika Badang tidak mengetahui kepalsuannya, ia dianggap sebagai korban dan tidak dapat dituntut secara hukum.

Kesimpulan

Kagura dapat dituntut di Indonesia karena tindakannya memiliki dampak langsung di wilayah Indonesia. Dasar hukumnya adalah UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dan KUHP, yang mengatur pemalsuan dan pengedaran mata uang. Status hukum Badang tergantung pada pengetahuan mengenai kepalsuan uang tersebut. Pemalsuan uang merupakan kejahatan serius yang dapat merusak perekonomian negara dan kepercayaan masyarakat, sehingga penindakan hukum yang tegas sangat diperlukan.

Kasus ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional dalam menangani kejahatan transnasional seperti pemalsuan uang. Meskipun kejahatan terjadi di satu negara, dampaknya dapat meluas ke negara lain, membutuhkan kerja sama hukum internasional untuk memastikan pelaku diproses secara hukum dan pertanggungjawabannya ditegakkan.

Berita Terkait

Bagaimana Proses Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara dalam Sidang PPPKI?
Mengapa Sila Pertama Pancasila Menjiwai Sila-sila yang Lain? Simak Jawabannya Berikut!
Buatlah Peta Konsep Tentang Perbedaan Sunnah Hadist, Atsar, dan Khabar? Berikut Penjelasannya
Bagaimana Kalian Mengamalkan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pandangan Hidup Bangsa dan Ideologi Negara?
Hal Apa yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Experiential Learning Agar Lebih Efektif? Begini Jawabannya!
Bagaimana Menerapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama dengan Guru Lain? Simak Penjelasannya Berikut!
Bagaimana Jalannya Sidang BPUPKI dalam Menentukan Rumusan Dasar Negara Jelaskan dengan Alasan?
Mengapa Seorang Mukmin Harus Bersegera dalam Berlomba-lomba dalam Kebaikan dan Beretos Kerja?
Tag :

Berita Terkait

Monday, 25 August 2025 - 10:09 WIB

Bagaimana Proses Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara dalam Sidang PPPKI?

Monday, 25 August 2025 - 08:49 WIB

Mengapa Sila Pertama Pancasila Menjiwai Sila-sila yang Lain? Simak Jawabannya Berikut!

Monday, 25 August 2025 - 08:40 WIB

Buatlah Peta Konsep Tentang Perbedaan Sunnah Hadist, Atsar, dan Khabar? Berikut Penjelasannya

Sunday, 24 August 2025 - 15:58 WIB

Hal Apa yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Experiential Learning Agar Lebih Efektif? Begini Jawabannya!

Sunday, 24 August 2025 - 15:50 WIB

Bagaimana Menerapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama dengan Guru Lain? Simak Penjelasannya Berikut!

Berita Terbaru

Iuran BPJS Kesehatan Naik di Tahun 2026

Regional

Siap-siap! Iuran BPJS Kesehatan Naik di Tahun 2026

Monday, 25 Aug 2025 - 12:00 WIB