SwaraWarta.co.id – Kali ini kita akan membahas dua strategi utama dalam menginternalisasi nilai dalam pembelajaran? Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga penanaman nilai-nilai luhur.
Menginternalisasi nilai dalam diri peserta didik adalah fondasi penting untuk membentuk karakter yang berintegritas dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Namun, bagaimana cara efektif untuk menanamkan nilai-nilai ini agar tidak hanya menjadi hafalan, melainkan benar-benar meresap dan menjadi bagian dari kepribadian mereka?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ada dua strategi utama yang terbukti efektif dalam proses internalisasi nilai dalam pembelajaran: Pembiasaan (Habituation) dan Keteladanan (Modeling).
-
Pembiasaan (Habituation)
Strategi pembiasaan melibatkan pengulangan praktik nilai-nilai tertentu secara konsisten dalam berbagai konteks pembelajaran. Ini bukan sekadar teori di kelas, melainkan implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah.
Contohnya:
- Disiplin: Guru secara rutin mengingatkan siswa untuk datang tepat waktu, mengumpulkan tugas sesuai jadwal, dan menjaga kebersihan kelas. Dengan membiasakan diri melakukan hal-hal ini, nilai disiplin akan tertanam secara bertahap.
- Toleransi: Mendorong diskusi terbuka tentang perbedaan pendapat, meminta siswa untuk menghargai pandangan teman yang berbeda, dan mengadakan kegiatan kelompok yang melibatkan beragam latar belakang akan membiasakan siswa pada nilai toleransi.
Melalui pembiasaan, nilai-nilai tersebut akan menjadi rutinitas dan akhirnya mendarah daging, membentuk kebiasaan positif yang sulit dihilangkan.
-
Keteladanan (Modeling)
Keteladanan adalah strategi yang menekankan peran penting figur panutan dalam proses internalisasi nilai. Peserta didik cenderung meniru apa yang mereka lihat dan alami dari orang-orang di sekitarnya, terutama guru dan orang tua.
Contohnya:
- Integritas: Seorang guru yang selalu menepati janji, mengakui kesalahan, dan menunjukkan kejujuran dalam setiap tindakan akan menjadi contoh nyata nilai integritas bagi siswanya.
- Rasa Hormat: Guru yang berbicara dengan sopan kepada semua orang, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menghargai upaya siswanya akan menularkan nilai rasa hormat kepada mereka.
Ketika guru dan staf sekolah secara konsisten menunjukkan nilai-nilai positif dalam perilaku dan perkataan mereka, siswa akan memiliki referensi konkret tentang bagaimana nilai-nilai tersebut diwujudkan.
Dengan mengintegrasikan kedua strategi ini secara seimbang dalam proses pembelajaran, internalisasi nilai akan berjalan lebih efektif. Pembiasaan membangun fondasi melalui praktik berulang, sementara keteladanan memberikan inspirasi dan contoh nyata, sehingga nilai-nilai tidak hanya dipahami secara kognitif, tetapi juga dihayati dan diwujudkan dalam tindakan.