PADA Tahun 2019 Pembayaran Pajak Tercatat Sebesar Rp1.332,67 Triliun Dengan Pertumbuhan Sebesar 1,5 Persen, Namun Tahun 2020 Pembayaran Pajak

- Redaksi

Thursday, 15 May 2025 - 19:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada tahun 2019, penerimaan pajak Indonesia mencapai Rp1.332,67 triliun, mencatat pertumbuhan 1,5 persen. Namun, tahun 2020 mengalami penurunan drastis menjadi Rp1.072,11 triliun, dengan penurunan pertumbuhan sebesar 19,6 persen akibat pandemi COVID-19. Situasi ini menyoroti pentingnya sistem dan asas pemungutan pajak yang efektif dan efisien di Indonesia.

Pemulihan terjadi pada tahun 2021 dengan penerimaan pajak sebesar Rp1.278,63 triliun (pertumbuhan 19,3 persen), dan berlanjut hingga Rp1.716,77 triliun pada tahun 2022 (pertumbuhan 34,3 persen). Pada tahun 2023, penerimaan pajak mencapai Rp1.869,23 triliun, dengan pertumbuhan 8,9 persen. Tren positif ini menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia dan efektivitas kebijakan fiskal.

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

Indonesia menerapkan tiga sistem pemungutan pajak utama untuk memastikan kepatuhan dan efisiensi dalam pengumpulan pendapatan negara. Ketiga sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan penerapannya disesuaikan dengan jenis pajak dan karakteristik wajib pajak.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Self-Assessment System

Sistem ini memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknya sendiri. Pemerintah berperan mengawasi dan melakukan pemeriksaan jika terjadi pelanggaran. Sistem ini efisien, namun membutuhkan kesadaran dan kepatuhan tinggi dari wajib pajak.

Baca Juga :  Jelaskan Hubungan Antara Ikhtiar dan Takdir? Yuk Mari Disimak Pembahasannya!

Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) umumnya menggunakan sistem ini. Meskipun efisien, sistem ini rentan terhadap manipulasi jika pengawasan tidak optimal. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas pengawasan dan edukasi wajib pajak sangat penting.

Official Assessment System

Pada sistem ini, petugas pajak yang menentukan jumlah pajak yang harus dibayarkan wajib pajak. Wajib pajak hanya menerima Surat Ketetapan Pajak (SKP). Sistem ini memastikan akurasi perhitungan pajak, tetapi bisa kurang efisien dan berpotensi menimbulkan birokrasi.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) seringkali menggunakan sistem ini. Meskipun memastikan keakuratan, sistem ini membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan jujur serta sistem yang transparan untuk mencegah korupsi.

Withholding Assessment System

Sistem ini melibatkan pihak ketiga (misalnya, pemberi kerja atau perusahaan) yang memotong pajak dari penghasilan wajib pajak sebelum disetorkan ke negara. Sistem ini meningkatkan kepatuhan dan kemudahan pengumpulan pajak, tetapi membutuhkan pengawasan ketat terhadap pihak ketiga.

PPh Pasal 21, 22, 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2), dan PPN merupakan contoh pajak yang menggunakan sistem ini. Efisiensi dan kepatuhan menjadi lebih tinggi, namun perlunya pengawasan yang ketat terhadap pihak pemotong pajak menjadi tantangan tersendiri.

Baca Juga :  SEORANG Entrepreneur Muda Memiliki Ide Bisnis Startup Yang Inovatif Di Bidang Fintech, Ia Membutuhkan Modal Untuk Mengembangkan Produk

Asas Pemungutan Pajak di Indonesia

Pemungutan pajak di Indonesia berlandaskan beberapa asas penting yang menjamin keadilan, kepastian hukum, dan efisiensi. Penerapan asas-asas ini bertujuan untuk menciptakan sistem perpajakan yang sehat dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Asas Keadilan (Equality Principle)

Pajak dikenakan sesuai kemampuan ekonomi (ability to pay). Wajib pajak dengan penghasilan tinggi membayar pajak lebih besar daripada wajib pajak dengan penghasilan rendah. Asas ini memastikan beban pajak merata dan tidak memberatkan kelompok masyarakat kurang mampu.

Asas Kepastian Hukum (Certainty Principle)

Aturan perpajakan harus jelas, tidak berubah-ubah, dan mudah dipahami. Hal ini memberikan kepastian hukum dan mendorong kepatuhan wajib pajak. Transparansi dan aksesibilitas informasi perpajakan menjadi kunci keberhasilan asas ini.

Asas Kelayakan/Waktu yang Tepat (Convenience Principle)

Pemungutan pajak dilakukan pada saat yang tepat bagi wajib pajak, misalnya saat menerima penghasilan. Tujuannya agar pembayaran pajak tidak mengganggu keuangan wajib pajak. Kemudahan akses dan metode pembayaran pajak menjadi faktor penting dalam asas ini.

Baca Juga :  BAGAIMANA Cara Anda Membangun Networking Skill Dan Komunikasi Untuk Keberlangsungan Bisinis Tersebut?

Asas Efisiensi (Economy Principle)

Biaya pemungutan pajak harus seminimal mungkin. Penerimaan pajak harus lebih besar daripada biaya administrasi pemungutannya. Pemanfaatan teknologi dan digitalisasi menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi pemungutan pajak.

Asas Sumber, Domisili, dan Kebangsaan

Asas sumber memperhitungkan penghasilan yang bersumber dari Indonesia, tanpa memperhatikan domisili atau kewarganegaraan. Asas domisili fokus pada wajib pajak yang berdomisili di Indonesia, sedangkan asas kebangsaan mempertimbangkan kewarganegaraan wajib pajak.

Asas Yuridis

Pemungutan pajak harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk UUD 1945 Pasal 23A dan undang-undang perpajakan lainnya. Hal ini menjamin legalitas dan perlindungan hukum bagi wajib pajak dan pemerintah.

Asas Ekonomis dan Manfaat

Penerimaan pajak harus digunakan untuk kepentingan umum dan kesejahteraan rakyat. Transparansi penggunaan dana pajak penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Kesimpulannya, sistem dan asas pemungutan pajak di Indonesia dirancang untuk menciptakan keadilan, kepastian hukum, efisiensi, dan kemudahan bagi wajib pajak. Dengan terus memperbaiki sistem dan meningkatkan kesadaran wajib pajak, Indonesia dapat mengoptimalkan penerimaan pajak untuk pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.

Berita Terkait

Apa Fungsi dari Prosedur Verifikasi dalam HACCP? Simak Penjelasannya Berikut!
Apa Langkah Pertama dalam Pengembangan Rencana HACCP? Berikut ini Penjelasannya!
SECARA Umum, Idealisme Menyatakan Bahwa Realitas Terdiri Dari Ide-Ide, Pikiran, Akal (Mind), Atau Jiwa (Selves), Bukan Benda Materi
MODERNISME, Sebagai Sebuah Narasi Besar Peradaban Manusia Ditopang Oleh Pelbagai Macam Pemikiran, Narasi Ini Sangat Kuat Menguasai Sejarah Pemikiran
JELASKAN Tentang Pemikiran Empirisme Dari Hobbes Yang Bertolak Belakang Dengan Rasionalisme!
SEBUTKAN Pemikiran Idealisme George Berkeley Yang Turut Andil Dalam Perkembangan Pemikiran Idealisme!
JAWABAN Apa Yang Dimaksud Dengan Pendidikan Nilai Dalam Konteks Pendidikan Nasional?
APA Skenario Yang Mungkin Dapat Menyebabkan Perang Dunia Ketiga Berdasarkan Bukti-Bukti Yang Ada Sekarang? Coba Buat Dan Jelaskanlah Skenario Tersebut
Tag :

Berita Terkait

Monday, 23 June 2025 - 17:14 WIB

Apa Fungsi dari Prosedur Verifikasi dalam HACCP? Simak Penjelasannya Berikut!

Monday, 23 June 2025 - 16:28 WIB

Apa Langkah Pertama dalam Pengembangan Rencana HACCP? Berikut ini Penjelasannya!

Monday, 23 June 2025 - 12:34 WIB

SECARA Umum, Idealisme Menyatakan Bahwa Realitas Terdiri Dari Ide-Ide, Pikiran, Akal (Mind), Atau Jiwa (Selves), Bukan Benda Materi

Monday, 23 June 2025 - 12:29 WIB

MODERNISME, Sebagai Sebuah Narasi Besar Peradaban Manusia Ditopang Oleh Pelbagai Macam Pemikiran, Narasi Ini Sangat Kuat Menguasai Sejarah Pemikiran

Monday, 23 June 2025 - 12:24 WIB

JELASKAN Tentang Pemikiran Empirisme Dari Hobbes Yang Bertolak Belakang Dengan Rasionalisme!

Berita Terbaru

Nyeri pada kaki (Dok. Ist)

Lifestyle

Nyeri Kaki pada Wanita: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Monday, 23 Jun 2025 - 16:16 WIB