Tradisi Larung sesaji di Blitar ( Dok. Istimewa) |
SwaraWarta.co.id – Setiap tahun pada tanggal 1 Syuro atau 1 Muharram, masyarakat Kabupaten Blitar selalu mengadakan upacara adat tradisi larung sesaji.
Tradisi Larung sesaji merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang ditandai dengan melemparkan atau mempersembahkan hasil bumi (panen) khususnya masyarakat pesisir di laut selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Prosesi tradisi Larung sesaji selalu dinantikan ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Dalam ritual budaya ini, masyarakat Desa Tambakrejo menggelar kirab tumpeng dan sesaji.
Kemudian, tumpeng dan sesaji diarak dari Kantor Desa Tambakrejo menuju ke pesisir pantai untuk didoakan.
Prosesi ini disertai dengan ungkapan syukur atas hasil laut yang diperoleh selama setahun, serta harapan agar memperoleh hasil yang baik tanpa halangan dan musibah.
Sebelum mengawali prosesi kegiatan ini, biasanya terlebih dahulu dibacakan sejarah Desa Tambakrejo dan tujuan dari prosesi larung sesaji.
Selanjutnya, gunungan yang telah didoakan diarak menuju ke bibir pantai.
Larung sesaji diartikan pula sebagai tindakan religius dengan paham animisme dan dinamisme dimana mitos dan magik melekat dalam budaya Jawa.
Selain itu, makna dari Larung Sesaji adalah bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa yakni kekhasan dan merupakan ciri suatu daerah dan warisan leluhur.
Ritual Larung Sesaji dilakukan di beberapa daerah dengan cara yang berbeda. Berikut adalah perbedaannya:
Dalam acara tradisi Larung Sesaji di Pantai Pancer Plawangan Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, upacara selamatan dibacakan doa agama Islam, yaitu Yasin dan Tahlil. Selanjutnya, sesaji dibuang ke laut.
Di Magetan, rombongan pengiring tumpeng sebagai rangkaian tradisi terdiri dari pasukan berkuda, cucuk lampah, demang sarangan (bapak dan ibu lurah), Bonang Renteng, tumpeng, dan rombongan reog. Dari dulu, semua unsur tersebut merupakan tradisi Larung Sesaji di Magetan.
Blitar Ritual dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Kelud dengan doa bersama dan selamatan di sekitar tanah lapang dekat Gunung Kelud.
Pelarungan dilakukan dengan pembacaan doa, pelarungan, dan makan bersama di atas kapal. Pelarungan berupa sesaji berwujud miniatur kapal nelayan yang mengangkut sesaji, di antaranya kepala kambing, pisang raja, ketupat, dan lepet.
Di Pekalongan, tradisi Larung Sesaji dikenal dengan sedekah laut atau nyadran. Acara ini sebagai ungkapan nelayan agar hasil tangkapan mereka melimpah.
Nah itulah sejumlah tradisi Larung sesaji yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat dengan tujuan tertentu.
SwaraWarta.co.id - Kabar gembira untuk para guru non-ASN di seluruh Indonesia! Pemerintah telah menetapkan jadwal…
SwaraWarta.co.id – Hal yang perlu diperhatikan cara cek info GTK 2025 khususnya untuk guru. Memasuki…
SwaraWarta.co.id – Bagaimana cara kerja enzim? Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa reaksi kimia dalam tubuh kita…
SwaraWarta.co.id – Ada beberapa cara masuk info GTK. Bagi para guru di Indonesia, mengakses Info…
SwaraWarta.co.id – Kenapa WhatsApp kena spam? Ada beberapa alasan utama mengapa akun WhatsApp Anda bisa…
SwaraWarta.co.id – Apa itu Abolisi? Pernah dengar kasus seseorang yang sedang diadili tiba-tiba proses hukumnya…