SwaraWarta.co.id – Jakarta punya kekuatan besar yang sering dilupakan, budaya lokalnya yang kaya. Salah satu buktinya bisa dilihat dari makanan tradisional seperti gado-gado.
Hidangan ini tidak hanya bertahan di tengah gempuran zaman, tapi juga menjadi lambang identitas dan kebanggaan warga Jakarta.
Namun, budaya lokal seperti ini menghadapi tantangan yang tidak mudah. Menurut Rakhmad Hidayat, ancaman datang dari budaya luar seperti K-pop dan musik barat yang semakin populer di kalangan anak muda. Akibatnya, budaya lokal seperti makanan tradisional mulai tergeser.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Rakhmad juga menyoroti bagaimana makanan cepat saji dan pengaruh globalisasi membuat generasi muda semakin jarang melirik kuliner lokal.
Untuk itu, ia menyarankan agar dibuat ruang-ruang kreatif dan promosi aktif untuk memperkenalkan kembali makanan tradisional ke masyarakat, khususnya di kota besar seperti Jakarta.
“Event budaya, festival kuliner, hingga media sosial bisa jadi jembatan untuk menjaga eksistensi makanan tradisional. Jangan sampai yang lokal justru kalah di kampungnya sendiri,” kata Rakhmad.
Jakarta sebenarnya bisa belajar banyak dari sepiring gado-gado. Makanan ini terdiri dari berbagai macam bahan yang berbeda,sayur, lontong, telur, kerupuk namun bisa menyatu menjadi satu hidangan yang lezat. Ini jadi simbol bahwa perbedaan bisa berpadu dan saling melengkapi.
Lihat saja warung gado-gado Bu Mae. Meski pelanggannya datang dari latar belakang berbeda, mereka tetap akrab dan menikmati makanan bersama.
Di tengah hiruk-pikuk kota, suara ulekan bumbu kacang yang bertalu-talu dan aroma yang khas menjadi pengingat bahwa Jakarta punya rasa yang khas dan tidak bisa digantikan.