SwaraWarta.co.id – Dokter bedah saraf Muhammad Kusdiansah dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dr. Mahar Mardjono menjelaskan bahwa penyakit moyamoya adalah kelainan pembuluh darah otak yang jarang terjadi.
Nama moyamoya sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti “asap tipis”, karena saat diperiksa dengan angiografi, pembuluh darah kecil yang terbentuk terlihat seperti kepulan asap.
Penyakit ini muncul karena pembuluh darah besar di otak menyempit (disebut stenosis), sehingga otak kekurangan aliran darah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk mengatasi kekurangan ini, tubuh membentuk pembuluh-pembuluh darah kecil sebagai kompensasi. Sayangnya, pembuluh kecil ini lebih rapuh dan mudah pecah.
Penyebab dan Penyebaran Moyamoya
Hingga saat ini, penyebab pasti moyamoya belum diketahui. Namun, faktor genetik atau keturunan diduga kuat berperan.
Penyakit ini lebih sering ditemukan di negara Asia Timur seperti Jepang, Korea, dan China. Di Eropa dan Amerika, moyamoya sangat jarang terjadi, sekitar 1 dari 1 juta orang. Sementara di Jepang, angkanya mencapai 1 dari 10 ribu orang.
Di Indonesia, kasus moyamoya terbilang jarang ditemukan. Namun, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional telah menangani sekitar 40 kasus, dan menjadi rumah sakit dengan jumlah penanganan kasus moyamoya terbanyak di Indonesia.
Gejala awal moyamoya sering mirip dengan stroke, seperti:
- Lemah pada satu sisi tubuh
- Mati rasa atau baal
- Gangguan berpikir dan memori secara tiba-tiba
- Pada anak-anak dan remaja, tanda-tanda yang bisa muncul meliputi:
- Prestasi sekolah tiba-tiba menurun
- Susah memahami pelajaran atau berhitung
- Anak terlihat bingung, padahal sebelumnya pintar
Gejala-gejala ini biasanya datang tiba-tiba dan sering kali membuat orang tua khawatir. Moyamoya memang bisa menyerang anak-anak usia 2 hingga 9 tahun, juga remaja dan dewasa muda usia 20-an.
Moyamoya juga bisa terjadi pada orang berusia 30 hingga 50 tahun. Pada usia ini, penyakit ini lebih berbahaya karena sering disertai tekanan darah tinggi.
Pembuluh darah kecil yang terbentuk tipis dan rapuh, sehingga jika dikombinasikan dengan hipertensi, bisa mudah pecah dan menyebabkan stroke.
Dokter Kusdiansah mengingatkan agar masyarakat waspada jika ada anggota keluarga berusia 40-an yang mengalami stroke berulang tanpa sebab yang jelas. Bisa jadi itu gejala dari moyamoya.