SwaraWarta.co.id – Ada pepatah yang bilang, salah satu cara mudah mengenal budaya suatu negara adalah lewat makanannya.
Berangkat dari pemikiran itu, kami mencoba mi sapi khas dari Lanzhou, sebuah daerah di China barat laut yang banyak dihuni oleh umat Islam.
Mi yang dikenal dengan nama Lanzhou Lamian ini dibuat langsung di tempat menggunakan teknik tarik tangan khas Lanzhou. Hasilnya, mi terasa lentur dan kenyal.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kuahnya bening tapi kaya rasa, dibuat dari rebusan tulang sapi selama berjam-jam, lalu ditambah cabai minyak buatan sendiri, irisan lobak putih, daun ketumbar, dan daun bawang segar.
Kami memilih restoran Lanzhou Beef Noodles yang berlokasi di Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
Begitu masuk, aroma rempah dan kaldu sapi langsung menyambut kami. Suasana restoran yang penuh ornamen khas China menambah pengalaman bersantap yang unik.
Kami memesan dua mangkuk mi sapi, satu rasa original dan satu rasa pedas. Selain itu, ada juga sate sapi (niurouchuan) dan sate kambing (yangrouchuan), plus acar mentimun (liangbanhuanggua) dan acar jamur kuping (liangbanmuer).
Harga makanan di sini berkisar antara Rp45.000 sampai Rp298.000 sebelum pajak. Menurut kami, harganya cukup bersaing dibandingkan makanan luar negeri lainnya yang biasa dijual di pusat perbelanjaan.
Yang membuat mi Lanzhou ini istimewa adalah rasa rempahnya yang pas—gurih, sedikit pedas, dan aromanya harum. Mi ini cocok disantap saat hujan atau cuaca dingin karena memberikan rasa hangat di tubuh.
“Sembari menyeruput kuah dan mencium aromanya, saya merasa seolah-olah sedang berkunjung ke salah satu objek wisata di Lanzhou dan menikmati hidangan mi ini langsung di negara asalnya,” tutur Yanti, salah seorang penikmat kuliner ketika ditemui Xinhua pada Kamis (15/5).
Kehadiran mi Lanzhou di Indonesia menunjukkan bahwa rasa otentik bisa melampaui batas negara. Bagi pecinta kuliner, ini jadi pengalaman yang wajib dicoba.
“Hidangan seperti ini cocok untuk mengakrabkan diri dengan teman dan rekan kerja, bahkan keluarga sendiri. Rasa yang unik dan masih asing bagi kebanyakan orang bisa menjadi topik obrolan yang menarik,” lanjut Yanti sambil menyantap sisa sate sapi yang terhidang di meja.
Tak terasa, semua makanan di meja habis kami santap. Seperti kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang.” Ternyata, mencicipi makanan khas suatu negara bisa jadi awal untuk lebih mengenal budayanya.
Siapa tahu, semangkuk mi sapi Lanzhou ini bisa membuka jalan bagi hubungan dan pertukaran budaya yang lebih erat antara Indonesia dan China.