SwaraWarta.co.id – Para peneliti di China mengembangkan teknologi baru untuk menghitung jumlah emisi karbon dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batu bara.
Teknologi ini menggunakan satelit penginderaan jarak jauh, yang bisa membantu mengetahui seberapa besar emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tersebut.
Secara global, PLTU batu bara menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, yaitu hampir setengah dari total emisi karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena itu, mengetahui secara tepat berapa besar emisi dari PLTU sangat penting untuk upaya mengurangi dampak perubahan iklim.
Selama ini, perhitungan emisi karbon dari PLTU masih mengandalkan laporan konsumsi bahan bakar dari masing-masing pembangkit dan perhitungan faktor emisi. Sayangnya, metode ini tidak selalu akurat dan sulit untuk diverifikasi.
Teknologi satelit yang ada pun masih sering mengalami kesalahan penghitungan hingga 50 persen, akibat gangguan dari cuaca atau kondisi atmosfer.
Untuk mengatasi hal itu, tim peneliti dari Institut Penelitian Informasi Kedirgantaraan di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China mengembangkan model baru dengan algoritma yang lebih canggih.
Mereka menggunakan data dari satelit untuk menghitung emisi karbon dari 14 PLTU besar di berbagai negara dengan hasil yang jauh lebih akurat.
Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Journal of Cleaner Production. Model ini diharapkan bisa menjadi alat yang objektif dan efektif untuk memverifikasi emisi karbon dari sumber utama dunia.
Selain itu, model ini juga dapat membantu dalam proses audit perdagangan karbon dan menjadi dasar ilmiah bagi kebijakan pengurangan emisi di masa depan.