Pendidikan

JELASKAN Bentuk-Bentuk Pidana Tambahan Menurut KUHP Dan Berikan Pendapat Anda Mengenai Penegakannya Di Indonesia?

Pidana tambahan merupakan elemen penting dalam sistem hukum pidana Indonesia. Berbeda dengan pidana pokok (penjara, denda, dll.), pidana tambahan bertujuan melengkapi hukuman utama, memberikan efek jera, dan memulihkan kerugian korban.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terbaru menjabarkan enam bentuk utama pidana tambahan. Penerapannya bertujuan untuk memastikan keadilan dan efektivitas sistem peradilan pidana di Indonesia.

Bentuk-Bentuk Pidana Tambahan Menurut KUHP

Berikut rincian keenam bentuk pidana tambahan tersebut, beserta penjelasan lebih detail mengenai implikasinya:

ADVERTISEMENT

.

SCROLL TO RESUME CONTENT

1. Pencabutan Hak Tertentu

Ini meliputi pencabutan hak untuk memegang jabatan publik, menjadi anggota TNI/POLRI, hak pilih dan dipilih dalam pemilu, menjadi wali, pengawas, pengampu, atau menjalankan profesi tertentu. Tujuannya mencegah pelaku mengulangi kejahatan atau memanfaatkan posisi untuk tindak kejahatan baru.

2. Perampasan Barang Tertentu dan/atau Tagihan

Barang yang dapat dirampas meliputi barang bukti yang digunakan untuk mempersiapkan atau menjalankan tindak pidana, hasil kejahatan, dan barang yang digunakan menghalang-halangi proses hukum. Tujuannya menghilangkan keuntungan atau sarana yang digunakan pelaku.

Perampasan ini mencakup aset yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari tindak pidana, bahkan hingga aset yang terhubung secara tidak langsung, seperti aset yang dibeli dengan uang hasil kejahatan.

3. Pengumuman Putusan Hakim

Jika putusan pengadilan mengharuskan pengumuman, biaya ditanggung terpidana. Jika terpidana tak mampu membayar, bisa dikenakan denda atau kurungan. Tujuannya memberikan efek jera sosial dan transparansi proses hukum.

4. Pembayaran Ganti Rugi

Terpidana wajib membayar ganti rugi kepada korban atau ahli waris atas kerugian yang diderita. Ini merupakan bentuk keadilan restoratif yang menekankan pemulihan kerugian korban.

Besaran ganti rugi ditentukan berdasarkan bukti-bukti kerugian yang dialami korban, mencakup kerugian materiil dan imateriil.

5. Pencabutan Izin Tertentu

Pencabutan izin usaha atau izin tertentu yang berkaitan dengan tindak pidana bisa dijatuhkan sebagai pidana tambahan, baik untuk pelaku, pembantu, atau pihak terkait. Tujuannya menghentikan kegiatan yang merugikan masyarakat atau negara.

6. Pemenuhan Kewajiban Adat Setempat

Dalam beberapa kasus, pelaku diwajibkan memenuhi kewajiban adat setempat sebagai sanksi sosial dan pemulihan harmoni. Ini menunjukkan pengakuan KUHP terhadap nilai-nilai budaya dan adat istiadat.

Kewajiban adat ini harus sejalan dengan hukum positif dan tidak boleh bertentangan dengan hak asasi manusia.

Pendapat Mengenai Penegakan Pidana Tambahan di Indonesia

Penegakan pidana tambahan sangat penting dalam sistem peradilan pidana Indonesia. Namun, masih ada tantangan yang perlu diatasi.

Kelebihan Penegakan Pidana Tambahan

  • Efektivitas Hukuman: Pencabutan hak dan perampasan barang memberikan efek jera lebih kuat, terutama dalam kasus korupsi.
  • Pemulihan dan Keadilan Restoratif: Pembayaran ganti rugi dan pemenuhan kewajiban adat membantu pemulihan korban dan harmoni sosial.
  • Pengakuan terhadap Nilai Sosial dan Budaya: Ini menunjukkan adaptasi hukum terhadap keberagaman budaya Indonesia.

Tantangan dalam Penegakan Pidana Tambahan

  • Ketidakpastian Hukum dan Implementasi: Ketidakjelasan aturan pelaksanaan menyebabkan disparitas putusan dan ketidakpastian hukum.
  • Penegakan yang Kurang Konsisten: Penerapan pidana tambahan seringkali bergantung pada pertimbangan hakim yang bersifat fakultatif.
  • Keterbatasan Sumber Daya dan Koordinasi: Pelaksanaan memerlukan koordinasi antar lembaga dan sumber daya yang memadai.
  • Kurangnya Pemahaman Masyarakat dan Pelaku Hukum: Kurangnya pemahaman menghambat implementasi yang optimal.

Kesimpulan

Pidana tambahan dalam KUHP bertujuan memperkuat efek pidana pokok, memberikan efek jera, dan memulihkan kerugian. Meskipun terdapat kemajuan, tantangan seperti ketidakpastian hukum dan ketidakkonsistenan penerapan perlu diatasi agar pidana tambahan berfungsi optimal. Perbaikan regulasi, peningkatan koordinasi, dan edukasi kepada aparat dan masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan ini.

Perlu adanya evaluasi berkala terhadap efektivitas penerapan pidana tambahan dan penyempurnaan regulasi untuk memastikan keadilan dan efektivitas sistem peradilan pidana di Indonesia.

Redaksi SwaraWarta.co.id

Berita Indonesia Terkini 2024 Viral Terbaru Hari Ini

Recent Posts

Apa Itu Abolisi dan Bagaimana Kekuasaan Presiden Ini Bisa Menghentikan Proses Hukum?

SwaraWarta.co.id – Apa itu Abolisi? Pernah dengar kasus seseorang yang sedang diadili tiba-tiba proses hukumnya…

8 hours ago

Cara Mengidentifikasi Emosi Diri dan Menjaga Relasi dengan Orang Lain

SwaraWarta.co.id – Cara mengidentifikasi emosi diri dan menjaga relasi dengan orang lain. Pernahkah kamu merasa…

8 hours ago

Pengertian Seni Rupa yang Lebih dari Sekadar Gambar

SwaraWarta.co.id - Pernahkah kamu berhenti sejenak di depan sebuah lukisan, patung, atau bahkan instalasi modern…

14 hours ago

Cara Klaim BPJS Ketenagakerjaan dengan Cepat dan Mudah yang Wajib Kamu Ketahui

SwaraWarta.co.id - Apakah kamu salah satu peserta BPJS Ketenagakerjaan yang sedang kebingungan tentang cara klaim…

15 hours ago

Cara Agar Rambut Cepat Panjang dalam 1 Minggu: Tips Alami dan Efektif yang Bisa Dicoba di Rumah

SwaraWarta.co.id –  Punya rambut panjang, sehat, dan berkilau adalah impian banyak orang. Tapi, buat sebagian besar dari…

1 day ago

1 Ton Berapa Kilo? Panduan Lengkap Konversi Berat yang Wajib Anda Tahu!

SwaraWarta.co.id – 1 ton berapa kilo? Seringkali kita mendengar satuan berat "ton" dan "kilogram" dalam…

2 days ago