SwaraWarta.co.id – Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) secara resmi mengakhiri kerja sama dengan pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Keputusan ini diambil setelah Indonesia gagal melaju ke Piala Dunia 2026. Meski disebut sebagai kesepakatan bersama (mutual termination), pertanyaan besar yang mengemuka adalah: berapa besar kompensasi finansial yang harus dikeluarkan oleh PSSI?
Gaji Bulanan Patrick Kluivert selama Menjadi Pelatih
Meskipun PSSI tidak pernah mengumumkan angka resmi, sejumlah sumber media melaporkan kisaran gaji yang diterima Patrick Kluivert. Berdasarkan laporan Antara dan sejumlah sumber internal, mantan bintang Barcelona itu diperkirakan menerima gaji bulanan antara Rp 1,3 miliar hingga Rp 1,5 miliar selama menjabat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kontrak Kluivert sendiri ditandatangani pada Januari 2025 dengan durasi dua tahun, yang seharusnya berlaku hingga awal tahun 2027. Dengan demikian, ketika diakhiri pada Oktober 2025, masih tersisa sekitar 14 bulan dari masa kontrak yang telah disepakati.
Perhitungan Kompensasi untuk Sisa Kontrak
Berdasarkan sisa masa kontrak dan kisaran gaji bulanan tersebut, beban kompensasi yang harus ditanggung PSSI sangat signifikan. Perhitungan sederhana dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Komponen | Perhitungan | Kisaran Nilai |
Gaji Bulanan | – | Rp 1,3 – 1,5 Miliar |
Sisa Masa Kontrak | Oktober 2025 – Januari 2027 | 14 Bulan |
Total Kompensasi | (Gaji Bulanan) x (Sisa Bulan) | Rp 18,2 – 21 Miliar |
Perlu diperhatikan bahwa angka Rp 18,2 hingga Rp 21 miliar ini baru merupakan perhitungan untuk sisa gaji pokok Patrick Kluivert hingga akhir kontrak. Beberapa analisis menyebutkan bahwa jika memperhitungkan seluruh tim kepelatihan dan klausul tambahan, total kewajiban PSSI bisa lebih tinggi, bahkan diperkirakan dapat mencapai Rp 33 miliar hingga Rp 39 miliar.
Perbandingan dengan Kasus Sebelumnya
Pola kompensasi ini bukanlah hal baru bagi Kluivert. Pada tahun 2023, ia juga mengalami pemutusan kontrak secara mutual dengan klub Turki, Adana Demirspor. Berdasarkan putusan FIFA Football Tribunal, Kluivert kala itu menerima kompensasi sebesar 292.666 euro (sekitar Rp 5,7 miliar) yang mencakup gaji tertunggak dan biaya pemutusan kontrak. Hal ini menguatkan bahwa meskipun diakhiri dengan kesepakatan, pihak yang memutus kontrak lebih awal dalam hal ini PSSI tetap memiliki kewajiban finansial.
Pengakhiran kerja sama dengan Patrick Kluivert menjadi pembelajaran berharga bagi PSSI dalam mengelola kontrak pelatih. Besaran kompensasi yang harus dibayar, yang diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah, menunjukkan betapa mahalnya konsekuensi dari pergantian pelatih di tengah jalan. Dana sebesar itu tentu dapat dialokasikan untuk pengembangan sepak bola muda atau program lainnya. Keputusan ini diharapkan menjadi fondasi untuk perencanaan yang lebih matang dan berkelanjutan demi kemajuan sepak bola Indonesia di kancah global.