Mengenal Ahmad Fahrur Rozi, Komisaris PT GAG Nikel yang Juga Pengasuh Ponpes An Nur 1 Bululawang Malang

- Redaksi

Tuesday, 10 June 2025 - 14:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ahmad Fahrur Rozi, Komisaris PT GAG Nikel, tengah menjadi sorotan publik. Ia, kelahiran Malang 30 November 1971, kini terlibat dalam polemik aktivitas pertambangan nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Fahrur Rozi, selain berkarir di dunia bisnis, juga dikenal luas sebagai pengasuh Pondok Pesantren An Nur 1 Bululawang, Kabupaten Malang. Ia juga aktif di Nahdlatul Ulama (NU), bahkan tercatat sebagai Ketua Pengurus Besar NU di era kepemimpinan K.H. Yahya Cholil Staquf.

Latar belakang pendidikannya cukup mentereng. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Islam Raden Rahmat, kemudian melanjutkan studi magister di Universitas Islam Malang, dan meraih gelar doktor di Universitas Merdeka Malang.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Polemik Pertambangan di Pulau Gag

Aktivitas pertambangan PT GAG Nikel di Pulau Gag menuai kontroversi. Greenpeace, melalui kampanye #SaveRajaAmpat, menyoroti dampak lingkungan yang ditimbulkan, menampilkan perbandingan keindahan Piaynemo dengan aktivitas pertambangan di Pulau Gag. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan lingkungan Raja Ampat, destinasi wisata terkenal dunia.

Baca Juga :  Guntur Romli Soroti Pernyataan Jokowi yang Dinilai Kontradiktif

Fahrur Rozi membantah klaim kerusakan lingkungan. Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, ia menjelaskan bahwa lokasi tambang berjarak sekitar 40 kilometer dari Piaynemo, sebuah kawasan karst yang secara geologis berbeda dengan Pulau Gag yang kaya akan nikel. Ia menekankan bahwa Pulau Gag bukan kawasan wisata dan memiliki izin pertambangan resmi sejak 2017 (sebelumnya izin eksplorasi sejak 1998).

Ia juga menyoroti penyebaran informasi yang menyesatkan, mengingatkan pentingnya akurasi informasi dan mengaitkannya dengan potensi penyalahgunaan narasi untuk tujuan tertentu, termasuk isu separatis di Papua. Menurutnya, penting membedakan antara kritikan terhadap dampak lingkungan dan penyebaran informasi yang tidak akurat.

Tanggapan dan Kritik Publik

Unggahan Fahrur Rozi di media sosial memicu beragam reaksi. Sejumlah warganet, seperti akun @rezakurnia.29, memberikan analisis komparatif, membandingkan jarak 40 kilometer antara lokasi tambang dan Piaynemo dengan jarak antara pondok pesantren Fahrur Rozi di Bululawang dan Gunung Bromo. Analogi ini menggambarkan potensi dampak erupsi gunung berapi terhadap lingkungan sekitar, meskipun skalanya berbeda.

Baca Juga :  Sarung Tangan Buatan Sleman Tembus Pasar Amerika Serikat, Mendag Lepas Ekspor Perdana

Akun tersebut juga mempertanyakan dampak pencemaran logam berat terhadap kehidupan laut di sekitar Raja Ampat, mengingatkan potensi ancaman terhadap mata pencaharian penduduk lokal. Kritik tajam juga dilontarkan terkait posisi Fahrur Rozi sebagai Komisaris PT GAG Nikel, yang dinilai seharusnya dijabat oleh warga asli Papua yang lebih memahami kondisi alam setempat.

Implikasi dan Analisis Lebih Lanjut

Kasus ini menyoroti kompleksitas isu lingkungan dan bisnis di Indonesia. Perlu kajian lebih lanjut mengenai dampak lingkungan sebenarnya dari aktivitas pertambangan di Pulau Gag, termasuk studi dampak lingkungan (AMDAL) yang komprehensif dan transparan.

Peran serta pemerintah dalam mengawasi aktivitas pertambangan dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan juga sangat penting. Transparansi informasi kepada publik dan keterlibatan masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan terkait proyek pertambangan juga perlu ditingkatkan.

Baca Juga :  Tiket Laga Timnas Indonesia vs Jepang Ludes Terjual Habis dalam Waktu Singkat

Perdebatan ini juga mengingatkan kita pada pentingnya menimbang kepentingan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Bagaimana mencapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian ekosistem yang rapuh, seperti di Raja Ampat, merupakan tantangan besar yang perlu dihadapi.

Akhirnya, kasus ini menunjukkan perlunya dialog terbuka dan peran media dalam menyajikan informasi yang akurat dan berimbang, sehingga masyarakat dapat membentuk opini yang terinformasi dengan baik.

Berita Terkait

Jangan Sampai Ketinggalan! Ini Cara Daftar Kartu Prakerja 2025 yang Mudah dan Anti Gagal
Mengenal Sosok Tina Talisa yang Ditunjuk Sebagai Komisaris Pertamina Patra Niaga
Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025: Jadwal dan Sorotan Penting
Tahapan dan Jadwal Cairnya BSU 2025 Lewat Bank Mandiri
Donald Trump Tetapkan Tarif Impor AS 32% untuk Indonesia Mulai 1 Agustus 2025
Sound Horeg Haram? Tuai Pro dan Kontra Dikalangan Publik!
Kapan Lapor Diri PPG 2025 Kemendikbud? Berikut ini Rincian Jadwal Terbarunya!
Kronologi Lengkap! Limbad Ditahan Imigrasi Jeddah Karena Gigi Taring Disebut Syaiton

Berita Terkait

Sunday, 13 July 2025 - 12:18 WIB

Jangan Sampai Ketinggalan! Ini Cara Daftar Kartu Prakerja 2025 yang Mudah dan Anti Gagal

Saturday, 12 July 2025 - 08:52 WIB

Mengenal Sosok Tina Talisa yang Ditunjuk Sebagai Komisaris Pertamina Patra Niaga

Friday, 11 July 2025 - 15:15 WIB

Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025: Jadwal dan Sorotan Penting

Wednesday, 9 July 2025 - 14:42 WIB

Tahapan dan Jadwal Cairnya BSU 2025 Lewat Bank Mandiri

Wednesday, 9 July 2025 - 14:29 WIB

Donald Trump Tetapkan Tarif Impor AS 32% untuk Indonesia Mulai 1 Agustus 2025

Berita Terbaru

Film

Drakor Terbaru S Line: Thriller Fantasi yang Sangat Berbeda

Saturday, 12 Jul 2025 - 14:19 WIB