Tfd6BUC8TSd7TSMoTpW9GUr0BA==

Tempe Buatan Lokal Mampu Menembus Pasar Internasional

Tempe Buatan Lokal Mampu Menembus Pasar Internasional
Tempe Buatan Lokal Mampu Menembus Pasar Internasional. (Foto: Yoona.id)

SwaraWarta.co.id - Makanan yang terbuat dari bahan kedelai ini, yang dikenal dengan sebutan tempe, ternyata masih memikat hati pasar internasional seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat.

Pada akhir September, di Bogor, Jawa Barat, Reni Yanita, sang Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) dari Kemenperin, menyampaikan pesannya bahwa para pelaku industri menengah kecil (IKM) perlu mengejar kesempurnaan dalam mengolah kedelai menjadi produk tempe.

Ini dikarenakan makanan berbahan dasar kedelai ini memiliki tempat istimewa di hati semua lapisan masyarakat.

Direktorat Jenderal IKMA, Kementerian Perindustrian, telah berhasil membimbing banyak pelaku IKM makanan, termasuk mereka yang bergerak di bidang tempe, untuk menguasai pasar lokal dan bahkan menembus pasar internasional.

Menurut data BPS, rata-rata konsumsi tempe per orang per tahun mencapai 7,3 kg pada tahun 2022. Sementara itu, konsumsi tahu per kapita per tahun mencapai 7,7 kg.

Angka-angka ini menegaskan bahwa masyarakat memiliki kecenderungan khusus dalam mengonsumsi tempe dan tahu.

Mungkin ini karena harga yang terjangkau dan kandungan gizinya yang memberi manfaat bagi kesehatan.

Lebih dari 90 persen kedelai diolah menjadi produk tahu dan tempe. Sisanya digunakan untuk menciptakan berbagai produk pangan seperti kecap dan tauco.

Ini memberikan gambaran besar tentang nilai ekonomi yang dihasilkan oleh para produsen tahu dan tempe.

Reni menjelaskan bahwa ini juga disebabkan oleh proses pengolahan yang sederhana dan peralatan yang tidak rumit, sehingga tahu dan tempe banyak diproduksi di seluruh Indonesia, terutama di Pulau Jawa, terbanyak di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, dengan mayoritas pelaku usaha dalam skala kecil.

Namun, Reni menekankan pentingnya peningkatan kualitas produk tahu tempe yang dihasilkan, serta menjaga kebersihan dan higienitas dalam proses produksi untuk memenuhi standar internasional dan diterima oleh masyarakat dunia.

Meskipun begitu, ada tantangan dalam pengembangan industri tahu dan tempe, termasuk fluktuasi bahan baku, tingkat adopsi teknologi yang masih rendah dalam produksi, kurangnya standarisasi dan sistem keamanan pangan, serta risiko pencemaran lingkungan dari limbah industri.

Namun, tahu tempe adalah bagian tak terpisahkan dari budaya makan Indonesia, dan Kemenperin melalui Ditjen IKMA terus berupaya untuk meningkatkan dan mendukung produksi tahu tempe yang lebih efisien dan lebih higienis.

Ini dilakukan dengan meningkatkan kapasitas pelaku IKM tahu tempe melalui upaya menjaga mutu, kebersihan dalam proses produksi, diversifikasi produk, dan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Semua ini diungkapkan dalam peresmian Rumah Produksi Kedua IKM Rumah Tempe Azaki pada 26 September 2023, yang dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia, Sung Y Kim.

IKM Rumah Tempe Azaki, yang telah menerapkan standar keamanan pangan seperti HACCP, SNI, BPOM, dan Halal, juga telah berhasil mengekspor produknya ke negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat dengan volume ekspor tempe beku mencapai rata-rata 44 ton per bulan pada tahun 2023.




Dapatkan update berita Indonesia terkini 2024 serta info viral terbaru hari ini dari situs SwaraWarta.co.id melalui platform Google News.

Ketik kata kunci lalu Enter