SwaraWarta.co.id – Masa bercocok tanam, sering disebut juga periode Neolitikum, merupakan salah satu tonggak terpenting dalam sejarah peradaban manusia.
Perubahan dari pola hidup nomaden (berburu dan meramu) menjadi menetap (bertani) tidak hanya mengubah cara manusia bertahan hidup, tetapi juga membentuk ulang sistem kepercayaan dan pandangan dunia mereka.
Pada masa ini, bentuk sistem kepercayaan menjadi lebih terstruktur dan berpusat pada unsur-unsur alam serta hubungan dengan para leluhur.
ADVERTISEMENT
.SCROLL TO RESUME CONTENT
Animisme dan Dinamisme: Kekuatan di Balik Alam
Dua konsep kepercayaan utama yang sangat menonjol pada masa bercocok tanam adalah Animisme dan Dinamisme.
- Animisme: Kepercayaan bahwa setiap benda, baik yang hidup maupun mati, memiliki roh atau jiwa. Ini berarti roh-roh tidak hanya menghuni manusia dan hewan, tetapi juga pohon, sungai, batu besar, dan gunung. Kepercayaan ini muncul karena hasil panen sangat bergantung pada kondisi alam. Jika terjadi gagal panen atau bencana alam, itu dianggap sebagai kemarahan roh-roh alam yang harus ditenangkan melalui ritual dan persembahan.
- Dinamisme: Kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib atau sakti yang tak bertubuh dan tersimpan pada benda-benda tertentu. Benda-benda yang dianggap memiliki mana atau kekuatan luar biasa ini seringkali menjadi objek pemujaan atau jimat. Kekuatan ini dipercaya dapat memberikan perlindungan, kesuburan, dan keberhasilan dalam bercocok tanam.
Pemujaan Roh Leluhur: Penghubung dengan Dunia Gaib
Karena kehidupan menetap dan kebutuhan akan kesuburan tanah, muncul pula praktik pemujaan roh leluhur. Para leluhur yang telah meninggal diyakini tidak sepenuhnya hilang, melainkan berpindah ke dunia gaib dan masih memiliki kekuatan untuk melindungi atau mencelakai keturunan mereka.
Kepercayaan ini memunculkan tradisi pendirian bangunan atau monumen batu besar (kebudayaan Megalitikum), seperti Dolmen (meja batu), Menhir (tugu batu), dan Sarkofagus (peti mayat batu), yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dan penghormatan kepada roh para pendahulu. Tujuan utama dari ritual ini adalah memohon kesuburan tanah, keselamatan, dan panen yang melimpah.
Ritual Kesuburan dan Siklus Hidup
Sistem kepercayaan pada masa bercocok tanam sangat erat kaitannya dengan siklus tanam dan panen. Ritual-ritual diadakan untuk memastikan kesuburan (fertilitas) tanah, memanggil hujan, atau mengusir hama. Ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang ketergantungan hidup mereka pada perubahan musim dan kemurahan alam.
Sistem kepercayaan pada masa bercocok tanam adalah fondasi spiritual yang menggabungkan rasa hormat terhadap roh-roh alam (Animisme), pengakuan terhadap kekuatan misterius (Dinamisme), dan pemujaan kepada leluhur sebagai perantara. Bentuk-bentuk kepercayaan ini menjadi pedoman moral dan sosial bagi masyarakat agraris purba.











