Dalam dunia pemasaran modern, memahami bagaimana konsumen belajar dan membentuk sikap terhadap produk merupakan hal yang sangat penting. Salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh pemasar adalah prinsip belajar klasik (classical conditioning) dan vicarious learning (pembelajaran melalui pengamatan). Kedua konsep ini sering diterapkan dalam iklan untuk menciptakan asosiasi emosional dan memengaruhi perilaku konsumen secara tidak langsung.
Bagi kalian yang sedang mencari referensi jawaban soal carilah iklan produk atau merek yang sedang naik daun di lingkungan sekitar Anda (misalnya di kampus, komunitas atau media sosial) yang menerapkan prinsip belajar classic conditioning dan vicarious learning, silakan simak pembahasan berikut sampai selesai.
Soal Lengkap
Carilah iklan produk atau merek yang sedang naik daun di lingkungan sekitar Anda (misalnya di kampus, komunitas atau media sosial) yang menerapkan prinsip belajar classic conditioning dan vicarious learning.
Buatlah analisis terhadap iklan tersebut berdasarkan konsep proses belajar konsumen! Sertakan foto atau deskripsi video dari iklan tersebut!
ADVERTISEMENT
.SCROLL TO RESUME CONTENT
Carilah iklan atau kampanye pemasaran dari merek lokal atau nasional yang Anda temui dalam 1 bulan terakhir yang memanfaatkan fungsi sikap konsumen (pilih dua fungsi sikap).
Buatlah analisis terhadap iklan tersebut berdasarkan konsep fungsi sikap! Sertakan foto atau deskripsi video dari iklan tersebut!
Analisis Iklan Berdasarkan Classic Conditioning dan Vicarious Learning
1. Contoh Iklan: ES TEH INDONESIA — Kampanye “Rasakan Segarnya Momen Bareng Teman”
Iklan ini cukup viral di media sosial seperti Instagram dan TikTok, khususnya di kalangan mahasiswa dan komunitas anak muda. Video iklannya menampilkan sekelompok teman yang sedang bersantai di kampus sambil menikmati Es Teh Indonesia, dengan musik ceria dan nuansa kebersamaan yang hangat.
a. Classic Conditioning (Kondisioning Klasik)
Prinsip ini menggambarkan proses belajar di mana konsumen mengasosiasikan suatu produk dengan stimulus tertentu yang menimbulkan emosi positif.
Dalam iklan Es Teh Indonesia, elemen yang digunakan untuk menciptakan asosiasi positif adalah:
Musik ceria → menimbulkan perasaan bahagia dan santai.
Suasana hangat bersama teman → menimbulkan rasa kebersamaan dan nostalgia.
Warna-warna cerah (kuning dan oranye) → menggambarkan energi, kesegaran, dan semangat muda.
Melalui pengulangan pesan dan tampilan visual yang menarik, konsumen secara tidak sadar mulai mengaitkan Es Teh Indonesia dengan suasana bahagia dan pertemanan. Inilah bentuk penerapan classic conditioning dalam iklan tersebut.
b. Vicarious Learning (Pembelajaran Melalui Pengamatan)
Vicarious learning terjadi ketika seseorang belajar dari pengalaman orang lain tanpa harus mengalami langsung.
Dalam video iklan Es Teh Indonesia, tokoh-tokoh muda yang digambarkan menikmati produk secara ceria berperan sebagai “model” yang diamati oleh audiens (konsumen). Ketika konsumen melihat bahwa para model dalam iklan tampak bahagia, energik, dan diterima secara sosial saat mengonsumsi produk, mereka terdorong untuk meniru perilaku tersebut.
Dengan kata lain, konsumen belajar bahwa meminum Es Teh Indonesia = menjadi bagian dari kelompok yang seru dan bahagia.
Analisis Berdasarkan Fungsi Sikap Konsumen
Selain prinsip belajar, iklan juga menggunakan dua fungsi sikap konsumen utama untuk memperkuat pengaruhnya, yaitu:
1. Fungsi Utilitarian (Fungsi Manfaat)
Fungsi ini muncul ketika sikap konsumen terbentuk berdasarkan manfaat yang diterima dari produk.
Dalam iklan Es Teh Indonesia, manfaat yang ditonjolkan adalah:
Produk menyegarkan, cocok diminum kapan saja.
Harga terjangkau, mudah ditemukan di mana-mana.
Pesan ini membentuk sikap positif karena konsumen menilai produk memberikan manfaat nyata dan pengalaman yang menyenangkan.
2. Fungsi Sosial-Ekspresif (Social-Expressive Function)
Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana konsumen menggunakan produk untuk mengekspresikan identitas sosialnya.
Melalui gaya iklan yang kekinian dan menggambarkan kebersamaan anak muda, Es Teh Indonesia menjadi simbol gaya hidup sosial yang positif. Konsumen, terutama Gen Z, merasa bangga menjadi bagian dari tren minuman lokal yang sedang naik daun.
Kesimpulan
Iklan Es Teh Indonesia adalah contoh yang sangat baik dari penerapan classic conditioning dan vicarious learning dalam dunia pemasaran.
Melalui classic conditioning, produk diasosiasikan dengan suasana positif seperti kebersamaan dan kebahagiaan.
Melalui vicarious learning, konsumen belajar dari pengamatan terhadap tokoh dalam iklan dan terdorong meniru perilaku mereka.
Selain itu, fungsi sikap utilitarian dan sosial-ekspresif juga dimanfaatkan untuk membangun loyalitas dan citra positif merek.
Dengan pendekatan ini, Es Teh Indonesia berhasil menjadi merek lokal yang tidak hanya populer di kalangan anak muda, tetapi juga memiliki hubungan emosional yang kuat dengan konsumennya.

















