SwaraWarta.co.id – Kali ini kita akan bahas mengenai jelaskan dua hikmah dibalik peristiwa hijrah? Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M (1 Hijriyah) merupakan salah satu momen paling krusial dan bersejarah dalam perkembangan Islam.
Hijrah, yang secara harfiah berarti “berpindah tempat”, bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan sebuah strategi dakwah dan upaya penyelamatan akidah umat Islam dari penindasan kaum kafir Quraisy.
Di balik perjalanan yang penuh tantangan dan pengorbanan ini, tersimpan banyak hikmah mendalam.
ADVERTISEMENT
.SCROLL TO RESUME CONTENT
Berikut adalah dua hikmah utama yang dapat kita petik dari peristiwa Hijrah:
1. Meningkatnya Keimanan, Kesabaran, dan Tawakal
Hijrah adalah ujian terbesar bagi keimanan para sahabat dan Rasulullah SAW sendiri. Mereka harus meninggalkan harta benda, kampung halaman, dan segala kenyamanan hidup di Makkah demi mempertahankan akidah.
- Keteguhan Iman dan Kesabaran: Selama 13 tahun berdakwah di Makkah, umat Islam menghadapi intimidasi, siksaan, bahkan ancaman pembunuhan. Keputusan untuk berhijrah menunjukkan keteguhan iman bahwa keselamatan di akhirat lebih utama dari segala milik di dunia. Peristiwa ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan konsistensi dalam memperjuangkan kebenaran, bahkan di tengah tekanan yang berat.
- Tawakal dan Rencana Matang: Meskipun dijamin pertolongan oleh Allah SWT, Nabi Muhammad SAW tetap menjalankan sunnatullah (hukum sebab-akibat) dengan menyusun rencana hijrah yang sangat rapi dan matang. Mulai dari pemilihan rute, bersembunyi di Gua Tsur, hingga peran berbagai sahabat dalam menyukseskan perjalanan. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa tawakal (menyerahkan segala urusan kepada Allah) harus selalu didahului dengan ikhtiar (usaha keras) dan perencanaan yang terbaik.
Hikmah ini memotivasi umat Islam untuk tidak mudah menyerah pada kegagalan, selalu menguatkan keimanan di tengah cobaan, dan menggabungkan doa dengan usaha yang sungguh-sungguh.
2. Terwujudnya Persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) dan Terbentuknya Negara Islam
Tiba di Madinah (dulunya Yatsrib), kaum Muslimin yang berhijrah (Muhajirin) disambut hangat oleh penduduk asli Madinah (Anshar). Hikmah ini menjadi fondasi bagi kehidupan sosial dan politik Islam.
- Persaudaraan Sejati: Nabi Muhammad SAW berhasil menciptakan ikatan persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) yang luar biasa antara kaum Muhajirin dan Anshar. Kaum Anshar dengan sukarela berbagi harta, rumah, dan ladang mereka dengan kaum Muhajirin yang datang tanpa membawa apa-apa. Tindakan rela berkorban dan saling tolong-menolong ini melahirkan komunitas yang kokoh, di mana ikatan agama jauh lebih kuat daripada ikatan darah atau kesukuan.
- Awal Berdirinya Negara: Hijrah menjadi tonggak sejarah berdirinya negara Islam pertama yang berdaulat. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menjadi pemimpin agama, tetapi juga kepala negara. Beliau menyusun Piagam Madinah, sebuah konstitusi yang mengatur hubungan antara berbagai suku dan agama, menjunjung tinggi keadilan, hak asasi, dan kebebasan beragama bagi semua penduduk. Inilah awal mula ajaran Islam dapat diterapkan secara komprehensif dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari politik, sosial, hingga ekonomi.
Dengan demikian, Hijrah bukan hanya tentang berpindah tempat, tetapi juga tentang berpindah dari keadaan lemah menuju kekuatan, dari keterpecahan menuju persatuan, dan dari kegelapan penindasan menuju tegaknya keadilan dan peradaban yang berlandaskan Islam.











