Kisah R.A. Kartini: Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia

- Redaksi

Friday, 18 April 2025 - 08:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RA Kartini (Dok. Ist)

RA Kartini (Dok. Ist)

SwaraWarta.co.id – R.A. Kartini adalah salah satu pahlawan nasional yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya di bidang pendidikan.

Ia lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, dan namanya kini dikenang setiap tahun sebagai simbol emansipasi wanita Indonesia.

Kartini lahir dari keluarga bangsawan. Ayahnya, R.M. Sosroningrat, adalah Bupati Jepara, sementara ibunya bernama Mas Ajeng Ngasirah.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari pernikahan ayahnya dengan dua istri, Kartini memiliki 11 saudara kandung dan tiri. Ia adalah anak kelima dan merupakan anak perempuan tertua di keluarganya.

Karena berasal dari keluarga berada, Kartini dan saudara-saudaranya mendapat pendidikan dan tumbuh dengan baik.

Pendidikan Kartini

Kartini adalah satu dari sedikit anak pribumi yang diizinkan bersekolah di ELS (Europesche Lagere School), sekolah khusus untuk anak-anak Eropa dan keturunan Belanda. Di sekolah ini, ia belajar bahasa Belanda dan memperluas wawasannya.

Baca Juga :  Bagaimana Proses Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara dalam Sidang PPKI? Simak Pembahasannya!

Namun, ketika ingin melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi di Semarang, niatnya ditentang oleh ayahnya. Kartini akhirnya harus mengikuti adat bangsawan, dipingit di rumah, dan tak diizinkan keluar.

Masa Pingitan dan Perubahan Pemikiran

Dipaksa hidup tertutup sejak usia 13 tahun, Kartini merasa terpenjara oleh adat. Meski begitu, ia tidak menyerah.

Ia mengisi waktunya dengan membaca buku-buku dan menulis surat kepada sahabatnya, termasuk Letsy Detmar dan teman-teman di Belanda. Dari buku dan surat-surat itu, ia belajar tentang kesetaraan dan emansipasi perempuan.

Ia juga mulai melakukan perubahan kecil di dalam rumah. Kartini memperlakukan adik-adiknya secara setara, tanpa mengikuti aturan feodal yang kaku. Ia membebaskan adik-adiknya dari keharusan berbicara dengan bahasa halus atau menyembah dirinya.

Baca Juga :  Jelaskan Langkah-langkah yang Dilakukan Manusia untuk Merealisasikan Peran Sebagai Khalifah! Simak Jawabannya di Sini

Perlahan, keluarganya mulai mendukung perubahan yang ia bawa. Kartini bahkan mulai diajak ayahnya untuk ikut kunjungan ke desa-desa.

Impian Sekolah ke Belanda yang Gagal

Kartini sempat mendapat tawaran beasiswa untuk sekolah ke Belanda dari Van Kol, anggota parlemen Belanda. Awalnya orang tuanya menyetujui.

Namun, setelah mendapat saran dari J.H. Abendanon, Kartini mengurungkan niatnya karena mempertimbangkan budaya dan kondisi sosial saat itu.

Keputusan itu membuatnya kecewa dan sakit, bahkan ia sempat mengirim surat kepada teman-temannya agar tidak merasa dikhianati. Namun akhirnya, mereka tetap mendukung Kartini.

Tak ingin larut dalam kekecewaan, Kartini bersama adiknya Roekmini mendirikan Sekolah Kartini di Jepara. Sekolah ini khusus untuk anak-anak perempuan, khususnya dari kalangan bangsawan.

Baca Juga :  Carilah Contoh Komunikasi Pemasaran yang Menggunakan Pendekatan Proses Belajar Clasical Conditioning!

Di sana, para murid belajar membaca, menulis, memasak, menggambar, sopan santun, dan keterampilan lainnya.

Pernikahan Kartini

Pada 8 November 1903, Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat. Meski awalnya ragu, ayah Kartini akhirnya merestui.

Pernikahan mereka tidak mengikuti adat kuno yang mewajibkan istri mencium kaki suami, sesuai permintaan Kartini.

Setelah menikah, Kartini tetap diberi kebebasan untuk menjalankan sekolahnya dan terus aktif dalam kegiatan pendidikan.

Setelah menikah, Kartini hamil anak pertamanya. Sayangnya, kesehatannya mulai menurun. Ia melahirkan putranya, Soesalit Djojoadhiningrat, pada 13 September 1904.

Namun empat hari setelah melahirkan, pada 17 September 1904, Kartini wafat di usia yang sangat muda, 25 tahun.

Kabar kematian Kartini sangat mengejutkan dan menyedihkan banyak orang, terutama suaminya dan sahabat-sahabatnya di Belanda.

Berita Terkait

Mengapa Pancasila Disebut Sebagai Ideologi Terbuka? Berikut ini Pembahasannya!
VIRAL! Kepala Sekolah di Prabumulih Dipecat Usai Menegur Anak Walikota Bawa Mobil ke Sekolah
Mengapa dalam RTD HOT Americano Ditambahkan Air Panas ke dalam Espresso?
Mengupas Tuntas Peran dan Fungsi OSIS dalam Kehidupan Sekolah
20 Soal PTS STS Matematika Kelas 2 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka Tahun 2025 Lengkap Kunci Jawaban
30 Soal PTS STS Matematika Kelas 3 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka dan Kunci Jawaban Tahun 2025
20 Soal PTS STS Matematika Kelas 1 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka Tahun 2025 Lengkap Kunci Jawaban
30 Soal PTS STS Matematika Kelas 4 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka Tahun 2025 Lengkap Kunci Jawaban

Berita Terkait

Wednesday, 17 September 2025 - 10:18 WIB

Mengapa Pancasila Disebut Sebagai Ideologi Terbuka? Berikut ini Pembahasannya!

Tuesday, 16 September 2025 - 15:00 WIB

Mengapa dalam RTD HOT Americano Ditambahkan Air Panas ke dalam Espresso?

Tuesday, 16 September 2025 - 14:27 WIB

Mengupas Tuntas Peran dan Fungsi OSIS dalam Kehidupan Sekolah

Monday, 15 September 2025 - 14:03 WIB

20 Soal PTS STS Matematika Kelas 2 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka Tahun 2025 Lengkap Kunci Jawaban

Monday, 15 September 2025 - 13:53 WIB

30 Soal PTS STS Matematika Kelas 3 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka dan Kunci Jawaban Tahun 2025

Berita Terbaru