SwaraWarta.co.id – Bagaimana menerapkan experiential learning dalam pembelajaran bersama dengan guru lain? Mari kita bahas secara bersama-sama.
Pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning adalah metode yang powerful untuk membuat pelajaran lebih bermakna.
Siswa tidak hanya menghafal teori, tetapi juga mengalami langsung konsep yang dipelajari.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, menerapkan pendekatan ini sendirian bisa menjadi tantangan. Jawabannya? Kolaborasi dengan guru lain. Dengan bekerja sama, kita bisa menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya dan berkesinambungan.
Mengapa Kolaborasi Penting?
Kolaborasi antar guru memecah silo antar mata pelajaran. Bayangkan, seorang guru IPA ingin mengajarkan tentang ekosistem, sementara guru Bahasa Indonesia sedang membahas deskripsi alam.
Jika mereka berkolaborasi, siswa bisa melakukan observasi langsung di taman sekolah, mencatat temuan mereka (IPA), lalu menuliskannya dalam karangan deskriptif yang mendalam (Bahasa Indonesia). Ini membuat pembelajaran lebih holistik dan relevan.
Selain itu, kolaborasi juga memungkinkan guru untuk:
- Berbagi beban kerja: Merancang proyek experiential learning yang efektif memang memakan waktu. Dengan berbagi ide dan tugas, guru bisa merancang kegiatan yang lebih kompleks tanpa merasa kewalahan.
- Meningkatkan kreativitas: Setiap guru memiliki keahlian dan perspektif unik. Ketika digabungkan, ide-ide baru yang tidak terpikirkan sebelumnya bisa muncul, menghasilkan proyek yang lebih menarik.
- Memperluas sumber daya: Kolaborasi membuka akses ke sumber daya yang dimiliki guru lain, seperti alat, bahan, atau bahkan jaringan profesional.
Langkah-langkah Menerapkan Experiential Learning dengan Kolaborasi
Berikut adalah beberapa langkah praktis yang bisa Anda terapkan bersama rekan guru:
- Identifikasi Tujuan Bersama: Mulailah dengan duduk bersama dan menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Cari titik temu antar mata pelajaran. Misalnya, mata pelajaran sejarah dan seni bisa berkolaborasi untuk membuat pameran tentang periode tertentu.
- Rancang Proyek Lintas Mata Pelajaran: Pilihlah satu proyek besar yang memungkinkan setiap guru berkontribusi. Contohnya, sebuah proyek tentang keberlanjutan. Guru biologi bisa membahas daur ulang, guru matematika bisa menganalisis data konsumsi, dan guru seni bisa membuat karya dari barang bekas.
- Definisikan Peran dan Tanggung Jawab: Tetapkan peran masing-masing guru dengan jelas. Siapa yang bertanggung jawab untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi? Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting di sini.
- Lakukan Refleksi Bersama: Setelah proyek selesai, luangkan waktu untuk berdiskusi tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu ditingkatkan. Ajak juga siswa untuk berbagi pengalaman mereka. Refleksi ini adalah bagian integral dari experiential learning.
Dengan kolaborasi, experiential learning bukan lagi sekadar metode mengajar, tetapi sebuah budaya pembelajaran yang kuat di sekolah. Ini menciptakan lingkungan di mana siswa melihat keterkaitan antar ilmu pengetahuan, dan guru bisa tumbuh bersama.