SwaraWarta.co.id – Banyak orang bertanya, apa itu redenominasi? Secara sederhana, redenominasi adalah penyederhanaan nilai nominal mata uang dengan menghilangkan beberapa nol pada pecahan tanpa mengubah daya beli.
Artinya, Rp1.000 menjadi Rp1, tetapi harga, gaji, dan tabungan semua disesuaikan secara proporsional sehingga tidak ada yang menjadi lebih miskin atau lebih kaya hanya karena perubahan nominal.
Mengapa negara melakukan redenominasi?
Tujuan utamanya adalah meningkatkan efisiensi sistem pembayaran, memudahkan pencatatan akuntansi, serta menyederhanakan harga agar lebih mudah dibaca.
ADVERTISEMENT
.SCROLL TO RESUME CONTENT
Redenominasi juga dapat memperkuat persepsi stabilitas dan kepercayaan terhadap mata uang, terutama setelah periode inflasi yang cukup tinggi namun sudah terkendali. Meskipun begitu, kebijakan ini bukan alat untuk menurunkan harga; ia hanya mengubah tampilan nominal.
Bagaimana cara kerjanya?
Pemerintah dan bank sentral menentukan rasio konversi, misalnya 1 rupiah baru setara 1.000 rupiah lama. Selama masa transisi, kedua nominal bisa beredar bersamaan disertai penandaan harga ganda (dual pricing) agar masyarakat terbiasa. Setelah periode tertentu, uang lama ditarik dan semua sistem dari kasir ritel, mesin ATM, hingga software akuntansi—menggunakan denominasi baru sepenuhnya.
Beda dengan sanering
Banyak yang menyamakan redenominasi dengan sanering, padahal berbeda. Redenominasi tidak memangkas nilai riil uang; daya beli tetap. Sanering, sebaliknya, biasanya mengurangi nilai uang atau membekukan simpanan untuk menekan inflasi, sehingga masyarakat berpotensi kehilangan sebagian kekayaannya. Karena itu, komunikasi publik yang jelas penting agar tidak timbul kepanikan.
Dampak dan contoh
Bagi konsumen, tampilan harga jadi lebih ringkas. Bagi pelaku usaha, biaya muncul pada penyesuaian sistem, label, dan pelatihan kasir. Secara makro, efeknya netral terhadap inflasi bila dilaksanakan saat ekonomi stabil. Turki (2005) dan Rumania (2005) berhasil menyederhanakan nominal dan memperkuat kepercayaan, sementara Zimbabwe melakukannya berulang di tengah hiperinflasi sehingga dampaknya terbatas.
Di Indonesia, wacana redenominasi rupiah sudah beberapa kali muncul. Kunci keberhasilan adalah timing yang tepat, inflasi rendah, infrastruktur pembayaran siap, serta edukasi publik yang masif. Jadi, ketika Anda bertanya “apa itu redenominasi?”, pahami bahwa ini terutama soal penyederhanaan nominal demi efisiensi, bukan solusi instan untuk menurunkan harga atau memperbaiki daya beli.
Tips bagi bisnis dan konsumen
- Perbarui sistem dan label harga: pastikan POS, akuntansi, dan kontrak memakai denominasi baru, serta tampilkan harga ganda selama masa transisi.
- Edukasi tim dan pelanggan: jelaskan rasio konversi, jawab pertanyaan seperti “apa itu redenominasi?” dan cegah kesalahpahaman terkait harga.
- Rencanakan anggaran: sisihkan biaya untuk materi komunikasi, pelatihan, dan penggantian materi cetak seperti brosur atau katalog.
Dengan persiapan tepat, redenominasi berjalan mulus dan memberi manfaat jangka panjang bagi ekonomi. Kepercayaan publik pun meningkat perlahan.











