Tfd6BUC8TSd7TSMoTpW9GUr0BA==

Pemerintah Berkomitmen untuk Mencegah Kelangkaan Air di Indonesia

Pemerintah Berkomitmen untuk Mencegah Kelangkaan Air di Indonesia
Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyampaikan pesan yang mendalam. (Infopublik)


SwaraWarta.co.id - Pulau Bali, menjadi tuan rumah The 2nd Stakeholders Consultation Meeting (SCM), pertemuan penting yang bertujuan untuk menggugah komitmen nasional terhadap kelangkaan air berkelanjutan dalam antisipasi Forum Air Dunia ke-10 (WWF), yang akan diselenggarakan pada Mei 2024.

Dalam sambutan Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyampaikan pesan yang mendalam.

Ia menyatakan harapannya bahwa pertemuan ini tidak hanya akan menjadi pendorong komitmen, tetapi juga upaya kolaboratif dalam pengelolaan sumber daya air dunia, terutama di tengah tantangan saat ini di Indonesia.

Awan gelap pemanasan global telah menyebabkan suhu yang melonjak di atmosfer kita, sebuah fenomena yang memengaruhi ketersediaan air tanah akibat penguapan yang cepat.

Seiring dengan percepatan laju penguapan, ketersediaan air bersih di planet kita perlahan-lahan menyusut.

Dwikorita menyoroti kenyataan yang mengkhawatirkan bahwa perubahan iklim memberikan tekanan besar pada sumber daya air yang sudah langka, menciptakan titik-titik panas kelangkaan air dan meningkatkan kerentanannya di kantung-kantung pangan global.

Menakjubkannya, lebih dari 500 juta petani skala kecil, yang bertanggung jawab atas 80% pasokan pangan dunia, berada di garis terdepan pertempuran perubahan iklim, menderita dampak paling berat.

Gelombang kejutan variasi dan perubahan iklim sangat terasa melalui pengaruhnya terhadap air.

Dinamika interaksi siklus air dengan manusia menghasilkan variasi spasial dan temporal dalam ketersediaan sumber daya air.

"Dampak-dampak serius yang terkait dengan air memengaruhi kehidupan, pembangunan, dan keberlanjutan ekosistem, masyarakat, dan individu," ujar Dwikorita.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) merilis laporan perdana "Keadaan Sumber Daya Air Global 2021," yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak perubahan iklim, lingkungan, dan sosial terhadap sumber daya air di Bumi.

Inventarisasi tahunan ini bertujuan mendukung pemantauan dan pengelolaan sumber daya air tawar di tengah peningkatan permintaan dan penurunan pasokan.

Laporan tersebut memberikan gambaran komprehensif tentang aliran sungai, banjir besar, kekeringan, dan menyoroti pentingnya serta kerentanannya pada kriosfer (salju dan es).

Laporan ini juga menyoroti wilayah-wilayah di seluruh dunia yang pada tahun 2021 mengalami kondisi yang lebih kering dari biasanya, akibat perubahan iklim dan peristiwa La Niña.

"Laporan WMO menyoroti sejumlah tantangan kritis yang dihadapi sumber daya air global, termasuk ekstrem hidrologi, kehilangan air tawar, dan masalah ketidaksetaraan akses ke air bersih," tegas Dwikorita.

Sebagai anggota Dewan Eksekutif Organisasi Meteorologi Dunia, Dwikorita menekankan ancaman tak terelakkan krisis air akibat perubahan iklim.

Cuaca ekstrem, perubahan iklim, dan peristiwa terkait air telah menyebabkan 11.778 bencana yang dilaporkan antara tahun 1970 dan 2021.

Negara maju telah mengalami kerugian ekonomi yang melebihi 60% akibat perubahan iklim, meskipun kerugian tersebut mewakili kurang dari 0,1% Produk Domestik Bruto (PDB) mereka.

Sebaliknya, negara-negara berkembang harus berurusan dengan realitas yang berbeda, di mana 7% bencana mengakibatkan kerugian yang melebihi 5% PDB mereka dan, dalam beberapa kasus yang genting, bahkan mencapai 30%.

Bagi negara-negara pulau kecil, 20% bencana telah menyebabkan kerugian yang melebihi 5% PDB mereka, bahkan ada yang melebihi 100%. Tantangannya sudah jelas, dan saatnya untuk bertindak bersama.



Dapatkan update berita Indonesia terkini 2024 serta info viral terbaru hari ini dari situs SwaraWarta.co.id melalui platform Google News.

Ketik kata kunci lalu Enter