swarawarta.co.id – Tradisi tahunan Larungan di Telaga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dan masyarakat lokal. masyarakat
Dalam prosesi ini, masyarakat membawa gunungan hasil bumi yang dibentuk menyerupai buceng raksasa, yang kemudian dilarungkan ke tengah telaga sebagai simbol sedekah kepada penghuni Telaga Ngebel.
Satu buceng yang terbuat dari beras merah dilarungkan ke tengah telaga, sementara buceng lainnya dibagikan kepada masyarakat yang kemudian berebut dengan antusias. Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, mengatakan bahwa Larungan ini merupakan bentuk penghormatan dan sedekah kepada alam.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita larung semua masa lalu, kesalahan, dan kekeliruan. Kita introspeksi untuk hijrah ke arah yang lebih baik. Ini bentuk kegiatan positif menuju Ponorogo yang Hebat,” pungkas Sugiri.
Ia berharap momen 1 Muharram dapat menjadi titik refleksi bagi masyarakat untuk berbenah ke arah yang lebih baik. Dengan tradisi ini, masyarakat Ponorogo dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan lingkungan sekitar.
Tradisi Larungan di Telaga Ngebel merupakan salah satu contoh kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Dengan demikian, diharapkan dapat terus menjadi daya tarik bagi wisatawan dan masyarakat lokal, serta menjadi simbol kesyukuran dan penghormatan kepada alam.