SwaraWarta.co.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menjadi sumber nutrisi bagi siswa justru berujung pada kejadian keracunan MBG di Palembang.
Peristiwa yang menimpa puluhan siswa SD Negeri 178 Palembang ini memicu evaluasi mendalam terhadap keamanan pangan di lingkungan sekolah.
Kronologi Keracunan MBG di Palembang
Kejadian bermula pada Kamis, 25 September 2025, ketika belasan murid kelas IV A SD Negeri 178 Palembang mulai mengeluhkan gejala pusing, mual, dan muntah usai menyantap menu MBG. Menu yang disajikan hari itu terdiri dari ayam katsu, tahu, salad, dan buah pisang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Awalnya, siswa yang tidak sehat dibawa ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Namun, karena jumlah yang mengeluh semakin banyak, akhirnya mereka dibawa untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut di Puskesmas Kalidoni. Sebanyak sembilan siswa bahkan harus dirujuk ke Rumah Sakit Pusri untuk perawatan intensif.
Hingga Jumat, 26 September 2025, satu siswa bernama Difsa masih harus menjalani perawatan karena kondisi tubuhnya yang masih lemah dan demam tinggi.
Tanggapan dan Langkah Cepat Pihak Berwenang
Merespons kejadian ini, Wali Kota Palembang Ratu Dewa secara langsung mengecek kondisi siswa dan menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Beliau menegaskan bahwa Pemerintah Kota Palembang akan bertanggung jawab penuh atas seluruh biaya pengobatan yang dikeluarkan. Bahkan, untuk siswa yang rumahnya jauh, pemerintah menyediakan fasilitas penjemputan dengan ambulans.
Sementara itu, sebagai langkah pencegahan, program MBG di SD Negeri 178 dihentikan sementara. Selama program dihentikan, pihak sekolah menyarankan orang tua untuk membawakan bekal makanan dari rumah bagi anak-anak mereka.
Dinas Kesehatan Kota Palembang bersama Puskesmas Kalidoni telah mengambil sampel makanan untuk dibawa ke BPOM guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna menemukan penyebab pasti keracunan.
Komisi IV DPRD Kota Palembang juga turut bersuara. Wakil Ketuanya, Mgs Syaiful Padli, menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh karena kasus serupa telah hampir menyentuh angka 5.000 anak di Indonesia. Ia mendorong agar sertifikasi dapur pengelola MBG menjadi prioritas untuk memastikan standar higienitas.
Meskipun terjadi insiden yang memilukan, Wali Kota Ratu Dewa menegaskan bahwa program MBG akan tetap dilanjutkan karena merupakan program pemerintah pusat. Namun, ia berjanji akan memperketat pengawasan dengan melibatkan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan sekolah secara lebih intensif. Hal ini sejalan dengan analisis pakar yang menyoroti lemahnya pengawasan dan standardisasi dalam rantai distribusi MBG sebagai akar masalah.
Kejadian keracunan MBG di Palembang ini diharapkan menjadi titik balik untuk perbaikan sistem yang lebih aman, sehingga program mulia untuk memenuhi gizi anak sekolah tidak lagi dibayangi oleh risiko yang membahayakan kesehatan mereka.