SwaraWarta.co.id – Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) akan segera mengambil keputusan penting soal vaksin Covid-19 untuk periode imunisasi tahun 2025–2026.
Panel penasihat FDA dijadwalkan melakukan pemungutan suara guna menentukan varian virus mana yang akan dijadikan dasar vaksin terbaru.
Menurut laporan Reuters pada Jumat (23/5/2025), diskusi utama akan berfokus pada apakah vaksin baru harus menargetkan varian virus yang berasal dari JN.1.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Data dari CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menunjukkan bahwa varian LP.8. yang merupakan turunan dari JN.1—saat ini paling banyak ditemukan di AS, dengan menyumbang sekitar 70% dari seluruh kasus dalam dua minggu terakhir hingga 10 Mei.
Meski LP.8.1 menjadi yang paling umum, varian lain seperti LF.7 dan XFG juga mulai menunjukkan peningkatan kasus.
FDA mengakui bahwa menentukan varian mana yang akan dominan di masa depan bukan hal yang mudah.
Bahkan Sten Vermund, dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Florida Selatan, menyebut proses ini seperti “tebakan yang cerdas.” Menurutnya, tidak ada cara pasti untuk memprediksi bagaimana virus akan bermutasi.
Dua pejabat tinggi FDA, Vinay Prasad dan Komisaris Marty Makary, mempertanyakan efektivitas vaksin Covid-19 yang diberikan setiap tahun, terutama untuk orang dewasa yang sehat.
Mereka merasa belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa suntikan tahunan benar-benar memberikan manfaat besar setelah beberapa tahun vaksin digunakan.
Karena itulah, FDA menyatakan bahwa vaksin booster (penguat) tahunan harus melalui uji klinis baru sebelum disetujui. Uji coba ini akan difokuskan pada orang sehat di bawah usia 65 tahun.
Tujuannya adalah memastikan vaksin benar-benar aman dan efektif dengan dukungan data ilmiah yang lebih solid.
Namun, rencana ini menimbulkan tantangan. Uji klinis dalam skala besar butuh waktu dan biaya besar. Bahkan ada risiko uji coba tidak selesai tepat waktu sebelum musim penyebaran Covid-19 berikutnya dimulai.
Hal ini menimbulkan dilema antara kebutuhan cepat untuk melindungi masyarakat dan lamanya proses uji ilmiah.
Meskipun begitu, vaksinasi tetap akan diprioritaskan untuk lansia dan orang-orang dengan risiko tinggi, yang memang menjadi target utama program vaksinasi Covid-19 selama ini.
Para pengamat industri mendukung rencana FDA ini. Mereka menilai bahwa uji klinis tambahan bisa membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat dan juga memberikan kepastian bagi investor di bidang vaksin.
Langkah ini dipandang sebagai cara untuk menyeimbangkan kebutuhan mendesak di bidang kesehatan dengan pentingnya bukti ilmiah yang kuat.
Keputusan panel penasihat FDA nantinya akan berpengaruh besar terhadap strategi vaksinasi Covid-19 di Amerika Serikat tahun depan.