Penghapusan Ambang Batas Pencalonan Presiden: Langkah Baru untuk Demokrasi Indonesia

- Redaksi

Monday, 6 January 2025 - 08:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penghapusan Ambang Batas Pencalonan Presiden (Dok. Ist)

Penghapusan Ambang Batas Pencalonan Presiden (Dok. Ist)

SwaraWarta.co.id – Pada awal tahun 2025, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan keputusan mengejutkan dengan menghapus aturan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold yang sebelumnya sebesar 20 persen.

Keputusan ini dianggap sangat penting karena mengubah sistem pemilu Indonesia dan memberikan peluang lebih luas bagi semua partai politik untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden mereka.

Apa itu Ambang Batas?

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelumnya, aturan ambang batas 20 persen kursi di DPR mengharuskan partai politik atau koalisi partai yang ingin mengajukan calon presiden untuk memenuhi syarat tertentu, yaitu memiliki minimal 20 persen kursi di DPR.

Hal ini membuat hanya partai besar atau koalisi partai besar yang bisa mencalonkan presiden, sedangkan partai kecil atau baru tidak memiliki kesempatan yang sama.

Namun, MK memutuskan bahwa aturan ini bertentangan dengan konstitusi, yang memberikan hak kepada semua partai untuk mengajukan calon presiden.

Baca Juga :  Menggugah Keadilan: Film Sang Pengadil Hadir di Layar Lebar

Aturan ambang batas dianggap tidak adil dan membatasi pilihan rakyat, yang berpotensi menimbulkan polarisasi di masyarakat.

Dampak Penghapusan Ambang Batas

Dengan dihapusnya ambang batas 20 persen, kini semua partai politik, baik besar maupun kecil, dapat mencalonkan presiden tanpa syarat jumlah kursi di DPR.

Ini berarti partai kecil memiliki kesempatan yang sama untuk mengusung calon presiden mereka, yang tentunya bisa meningkatkan partisipasi politik dan menciptakan persaingan yang lebih sehat.

Keputusan ini juga mengurangi dominasi partai besar yang selama ini sudah menguasai politik Indonesia.

Dalam jangka panjang, ini bisa membawa ide dan wajah baru ke dalam dunia politik nasional, memberi ruang bagi pemimpin-pemimpin yang mungkin lebih dekat dengan aspirasi rakyat.

Peluang Baru bagi Pemimpin Muda

Keputusan MK ini juga membuka peluang besar bagi generasi muda Indonesia untuk terlibat dalam politik.

Baca Juga :  Justin Hubner Berpotensi Dicoret Timnas Indonesia dalam Melawan Australia Bulan Depan, Patrick Kluivert Panggil 2 Pemain Asal Eropa?

Dengan hilangnya batasan ambang 20 persen, anak muda yang ingin berpolitik kini punya kesempatan untuk maju dan mungkin memimpin negara di masa depan.

Ini juga meningkatkan harapan agar demokrasi Indonesia semakin inklusif dan melibatkan lebih banyak lapisan masyarakat.

Tantangan Baru dan Risiko Fragmentasi Politik

Meski banyak pihak menyambut baik perubahan ini, ada juga kekhawatiran tentang potensi fragmentasi politik. Tanpa adanya ambang batas, bisa saja banyak partai atau calon presiden yang muncul, sehingga suara pemilih terpecah-pecah.

Hal ini bisa menyebabkan presiden terpilih dengan dukungan yang tidak cukup kuat, yang berisiko menurunkan legitimasi dan stabilitas pemerintahan.

Selain itu, meskipun penghapusan ambang batas memberikan lebih banyak peluang, tetap saja biaya politik yang tinggi menjadi tantangan besar.

Baca Juga :  Tagar Indonesia Gelap Ramai di Media Sosial, Luhut: Kau yang Gelap, Bukan RI

Hanya partai atau tokoh dengan dukungan finansial dan politik yang kuat yang bisa benar-benar bersaing dalam Pilpres 2029.

Apa yang Akan Terjadi di Pemilu 2029?

Salah satu dampak langsung dari keputusan ini adalah kemungkinan banyaknya calon presiden pada Pemilu 2029. Tanpa ambang batas, semua partai kini dapat mengajukan calon mereka sendiri, yang berpotensi menciptakan kompetisi yang sangat ketat.

Partai kecil atau baru juga memiliki peluang untuk mengajukan kandidat mereka, yang mungkin membawa ide-ide segar ke dalam politik nasional.

Namun, dengan banyaknya kandidat yang mungkin muncul, partai politik akan dihadapkan pada tantangan baru dalam membentuk koalisi.

Alih-alih berkoalisi demi memenuhi syarat pencalonan, partai kini bisa berkoalisi berdasarkan kesamaan visi politik, yang tentu saja akan menciptakan dinamika politik yang lebih beragam.

Berita Terkait

Presiden Prabowo Subianto Dukung RUU Perampasan Aset Koruptor
Julen Lopetegui Resmi Jadi Pelatih Baru Timnas Qatar, Siap Hadapi Kualifikasi Piala Dunia
Kinibisa.com: Portal Edukasi dan Karier untuk Generasi Kompeten Indonesia
Hari Pendidikan Nasional 2025: Momen Refleksi dan Tantangan Pendidikan di Era Digital
MUI Jabar Sebut KB Vasektomi Haram
Pemkab Bekasi Luncurkan Aplikasi PECAK untuk Permudah Pencatatan Kontrak Kerja
Pencarian Pendaki Hilang di Gunung Saeng Terhambat Kabut dan Hujan
Anggota Komisi IX DPR RI Sebut RUU Ketenagakerjaan Harus Segera Direvisi

Berita Terkait

Friday, 2 May 2025 - 17:05 WIB

Presiden Prabowo Subianto Dukung RUU Perampasan Aset Koruptor

Friday, 2 May 2025 - 14:25 WIB

Julen Lopetegui Resmi Jadi Pelatih Baru Timnas Qatar, Siap Hadapi Kualifikasi Piala Dunia

Friday, 2 May 2025 - 13:25 WIB

Kinibisa.com: Portal Edukasi dan Karier untuk Generasi Kompeten Indonesia

Friday, 2 May 2025 - 09:28 WIB

Hari Pendidikan Nasional 2025: Momen Refleksi dan Tantangan Pendidikan di Era Digital

Friday, 2 May 2025 - 08:57 WIB

MUI Jabar Sebut KB Vasektomi Haram

Berita Terbaru

Carlos Pena Resmi Tinggalkan Persija Jakarta untuk Musim ini

Olahraga

Carlos Pena Resmi Tinggalkan Persija Jakarta untuk Musim ini

Friday, 2 May 2025 - 16:20 WIB