Jadi Budaya Lokal yang Mendunia, Ini Sejarah Reyog Ponorogo

- Redaksi

Sunday, 4 February 2024 - 09:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Kesenian Reog Ponorogo
( Dok. Istimewa)

SwaraWarta.co.id – Di antara lima versi cerita populer tentang asal usul Reog Ponorogo dan Warok yang berkembang di masyarakat, cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu merupakan yang paling terkenal. 

Reog Ponorogo tidak bisa dipisahkan masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. 

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti yang diketahui reog Ponorogo erat kaitannya dengan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan, sangat murka akan pengaruh kuat dari pihak istri Raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok. 

Selain itu, ia juga merasa tidak senang dengan pemerintahan korup raja, dan ia merasa bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. 

Akhirnya, ia meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan. Di sana, ia mengajar seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan kepada anak-anak muda, dengan harapan bahwa mereka akan menjadi bibit untuk kebangkitan kembali Kerajaan Majapahit. 

Baca Juga :  Ditemukan Mayat Perempuan Berusia 13 Tahun

Karena sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan, maka ia menyampaikan pesan politisnya melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan sindiran kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. 

Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam pertunjukan Reog, ditampilkan topeng berbentuk kepala singa, yang dikenal sebagai Singa Barong, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan di atasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Tiongkoknya yang mengatur semua gerak-geriknya. 

Jathilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan, menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dalam kekuatan dengan warok, yang berada di balik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng Singa Barong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya. 

Baca Juga :  Buya Yahya : Nabi Muhamad SAW Marah Pada Orang Malas

Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya. 

Pemberontakan oleh warok segera diatasi, dan pengajaran akan warok dilarang. Namun, murid-murid Ki Ageng Kutu tetap melanjutkan pengajaran secara diam-diam. 

Meskipun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat. 

Namun, jalan ceritanya memiliki alur baru dengan penambahan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo seperti Klono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo saat ini berkisah tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning. 

Namun, di tengah perjalanan, ia dicegat oleh Raja Singa Barong dari Kediri. Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo, Raja Klono dan Wakilnya Bujang Ganong, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam yang mematikan. 

Baca Juga :  Rencana Kembalinya Ujian Nasional 2026: Efektifkah untuk Pendidikan Indonesia?

Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, serta mengadu ilmu hitam antara keduanya. 

Para penari dalam kondisi “kerasukan” saat menampilkan tarian.

Hingga saat ini, masyarakat Ponorogo masih mempertahankan warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. 

Menurut mereka, Seni Reog adalah ciptaan kreasi manusia yang terbentuk karena adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun-temurun dan terjaga. 

Upacara Seni Reog pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. 

Masyarakat Ponorogo menganut garis keturunan parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Berita Terkait

Bagaimana Cara Membuat Magnet dengan Induksi? Berikut ini Penjelasannya!
Apa yang Mungkin Terjadi Apabila Tidak Ada Panduan untuk Berprilaku Bagi Profesi Tertentu?
Mengapa Pancasila Dijadikan Dasar Negara Indonesia? Mari Kita Bahas Bersama!
Bagaimana Upaya Guru Mempelajari dan Menguasai Kompetensi yang Dibutuhkan untuk Peningkatan Kinerja Berdasarkan Rating Observasi Praktik Kinerja dan Hasil Refleksi?
Apakah yang Dimaksud dengan Lalai Mendirikan Sholat? Berikut Pembahasannya!
Jelaskan Salah Satu Cara Mengamalkan Nilai Pancasila di Lingkungan Masyarakat Sehari-hari?
Jelaskan Kendala-kendala yang Dihadapi Pemerintah Daerah dalam Melaksanakan Otonomi Daerah?
Jelaskan Mengapa Sikap Terbuka Penting, Khususnya dalam Dunia Akademik? Simak Pembahasannya!

Berita Terkait

Wednesday, 3 December 2025 - 17:00 WIB

Bagaimana Cara Membuat Magnet dengan Induksi? Berikut ini Penjelasannya!

Wednesday, 3 December 2025 - 16:51 WIB

Apa yang Mungkin Terjadi Apabila Tidak Ada Panduan untuk Berprilaku Bagi Profesi Tertentu?

Monday, 1 December 2025 - 10:35 WIB

Mengapa Pancasila Dijadikan Dasar Negara Indonesia? Mari Kita Bahas Bersama!

Sunday, 30 November 2025 - 17:37 WIB

Bagaimana Upaya Guru Mempelajari dan Menguasai Kompetensi yang Dibutuhkan untuk Peningkatan Kinerja Berdasarkan Rating Observasi Praktik Kinerja dan Hasil Refleksi?

Sunday, 30 November 2025 - 17:09 WIB

Apakah yang Dimaksud dengan Lalai Mendirikan Sholat? Berikut Pembahasannya!

Berita Terbaru

Cara Update Windows 11

Teknologi

Cara Update Windows 11: Panduan Lengkap untuk Pemula!

Wednesday, 3 Dec 2025 - 16:32 WIB

Ketua Sidang KIP Tolak Gugatan Ijazah Jokowi

Berita

Ketua Sidang KIP Tolak Gugatan Ijazah Jokowi

Wednesday, 3 Dec 2025 - 16:14 WIB