SwaraWarta.co.id – Pada Selasa (20 Mei 2025), Kantor Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengumumkan bahwa Israel telah memberikan izin bagi sekitar 100 truk bantuan untuk masuk ke Jalur Gaza.
Ini merupakan peningkatan besar dibanding hari sebelumnya, di mana hanya sembilan truk yang diizinkan.
Juru Bicara OCHA, Jens Laerke, mengatakan bahwa mereka telah meminta izin untuk lebih banyak truk dan akhirnya mendapat persetujuan. Ia berharap sebagian besar, bahkan seluruh truk tersebut, bisa menyeberang ke Gaza pada hari yang sama.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada hari Senin sebelumnya, hanya sembilan truk yang mendapat izin masuk melalui perbatasan Kerem Shalom.
Namun dari jumlah itu, hanya lima yang berhasil masuk karena kendala logistik. Sisanya terhambat karena proses yang rumit, termasuk pemindahan dan pengemasan ulang bantuan di perbatasan.
Bahkan, lima truk yang berhasil masuk pun belum bisa langsung mendistribusikan bantuannya. Mereka masih berada di bawah pengawasan akhir dari otoritas Israel.
Baru pada Selasa pagi, OCHA mendapatkan izin untuk mulai mendistribusikan isi kelima truk tersebut, serta truk-truk lainnya yang diharapkan bisa masuk.
OCHA dan berbagai organisasi kemanusiaan terus mendesak agar akses bantuan ke Gaza dibuka secara aman dan dalam jumlah besar. Saat ini, pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar di Gaza sangat terbatas.
Tom Fletcher, Kepala OCHA, memperingatkan bahwa sekitar 14.000 bayi di Gaza bisa kehilangan nyawa dalam 24 jam jika bantuan tidak segera tiba.
Ia mengatakan ada ribuan truk bantuan berisi makanan bayi dan gizi yang tertahan akibat pembatasan dari pihak Israel.
Dalam pengarahan yang sama, juru bicara UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina), Louise Wateridge, mengungkapkan bahwa banyak bantuan yang tertahan di Yordania, hanya beberapa jam dari Gaza.
Ia menjelaskan bahwa di Amman terdapat cukup makanan untuk 200.000 orang selama sebulan, serta obat-obatan dan perlengkapan lain yang sangat dibutuhkan. Namun semua itu tidak bisa sampai ke Gaza karena pembatasan.
Sementara itu, gudang-gudang UNRWA di dalam Gaza sudah kosong. Bantuan sebenarnya juga tersedia di tempat lain, seperti Mesir, namun tetap tidak bisa masuk ke Gaza.
Sejak Oktober 2023, Israel terus melakukan serangan militer ke Gaza, meski banyak negara mendesak agar dilakukan gencatan senjata.
Serangan tersebut telah menyebabkan hampir 53.500 warga Palestina meninggal, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.