Mengantisipasi Ancaman Gempa Megathrust di Selat Sunda: Risiko dan Langkah Mitigasi

- Redaksi

Sunday, 5 January 2025 - 21:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

SwaraWarta.co.id – Seperti telah diprediksi selama ini, gempa megathrust merupakan fenomena tektonik yang melibatkan pergerakan besar lempeng di zona subduksi, sering kali memicu gempa bumi berkekuatan tinggi dan tsunami dahsyat.

Salah satu wilayah yang menjadi perhatian adalah Selat Sunda, yang terletak di pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kawasan ini sudah sangat dikenal sebagai zona megathrust yang memiliki potensi sangat besar untuk menghasilkan gempa dan juga tsunami.

Menurut Nuraini Rahma Hanifa, seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), zona megathrust di Selat Sunda dapat memicu gempa berkekuatan antara magnitudo 8,7 hingga 9,1.

Potensi gempa ini tidak hanya berbahaya, tetapi juga dapat terjadi kapan saja, dengan risiko tsunami yang dapat menyapu wilayah pesisir.

Baca Juga :  Pernikahan Suci di Tanah Madinah: Putri Zulhas dan Zumi Zola Resmi Bersatu

Tsunami yang dipicu gempa megathrust di Selat Sunda diperkirakan dapat mencapai ketinggian 20 meter di wilayah selatan Jawa, 3 hingga 15 meter di Selat Sunda, dan hingga 1,8 meter di Jakarta.

Sejarah mencatat bahwa gempa megathrust di selatan Jawa terjadi secara berkala setiap 400 hingga 600 tahun.

Kejadian terakhir diperkirakan terjadi pada tahun 1699, sehingga zona ini kini berada dalam fase kritis dan berpotensi melepaskan energi besar.

Penelitian paleotsunami menunjukkan bahwa siklus ini adalah bagian dari dinamika geologi yang tidak dapat dihindari.

Masyarakat yang tinggal di kawasan rawan gempa perlu menyadari bahwa bencana ini adalah risiko yang harus dihadapi.

Namun, dengan langkah mitigasi yang tepat, dampak bencana dapat diminimalkan.

Pemahaman yang mendalam tentang risiko serta kesiapsiagaan yang baik menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi gempa megathrust.

Baca Juga :  Gempa Bumi Magnitudo 3.0 Guncang Kabupaten Cianjur, Warga Diminta Tetap Tenang

Langkah-Langkah Mitigasi untuk Mengurangi Dampak

Meskipun tidak mungkin menghentikan terjadinya gempa megathrust, dampaknya dapat diminimalkan melalui berbagai upaya mitigasi, antara lain:

1. Pendekatan Berbasis Struktur

– Pembangunan Infrastruktur Perlindungan

Membangun tanggul tsunami, pemecah ombak, dan menetapkan zona aman sejauh 250 meter dari garis pantai dapat menjadi perlindungan fisik yang efektif.

– Penguatan Bangunan (Retrofitting)

Bangunan di daerah padat penduduk, seperti Jakarta, perlu diperkuat agar mampu menahan guncangan gempa besar, sehingga risiko korban jiwa dapat diminimalkan.

2. Pendekatan Berbasis Ekosistem

– Penanaman Vegetasi Pantai

Menanam mangrove, pandan laut, dan jenis tanaman pantai lainnya dapat membantu meredam kekuatan gelombang tsunami sebelum mencapai daratan.

Pendekatan ini juga mendukung keberlanjutan ekosistem pesisir.

3. Pendekatan Sistem Peringatan Dini

Baca Juga :  Guru Ngaji di Probolinggo Nekat Perkosa Siswinya Hingga Hamil 2 Bulan

– Peningkatan Teknologi Deteksi

Memasang buoy dan sensor bawah laut yang mampu mendeteksi aktivitas gempa dan tsunami secara real-time adalah langkah penting.

– Distribusi Informasi Cepat

Memastikan peringatan dini tersampaikan dengan cepat kepada masyarakat melalui sirene, aplikasi darurat, atau media komunikasi lainnya dapat menyelamatkan banyak nyawa.

Pentingnya Kesiapsiagaan

Masyarakat perlu memahami bahwa bencana gempa megathrust adalah bagian dari kehidupan di wilayah rawan gempa.

Dengan kesiapan yang baik, dampak bencana dapat diminimalkan.

Edukasi, latihan evakuasi, dan peningkatan kesadaran akan risiko gempa menjadi hal yang sangat penting.

Langkah mitigasi berbasis struktur, ekosistem, dan sistem peringatan dini harus diterapkan secara bersamaan untuk mengurangi dampak bencana.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat, risiko bencana gempa megathrust dapat dikelola dengan lebih baik.***

Berita Terkait

Iran Tolak Gencatan Senjata dengan Israel, Siap Sambut Kehancuran!
Grebeg Suro 2025 Jadi Momen Bersejarah, Ponorogo Terima Sertifikat UNESCO
Polda Jabar Tangkap 44 Tersangka Kasus Judi di Bandung, Lokasi Berkedok Tempat Hiburan
Puan Maharani Desak Evaluasi Menyeluruh SPMB 2025, Soroti Masalah Zonasi dan Manipulasi Data
Bolu Ketan Hitam Jadi Viral, Rasanya Bikin Penasaran!
Tur Helikopter Bareng Hakim MA, Windy Idol Kembali Diperiksa KPK
Tragedi Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Tangerang Selatan, Suami Bunuh Istri dan Minta Tetangga Laporkan ke Polisi
ZTE Nubia Focus 2 5G, Ponsel Gabungan Desain Ramping dengan Fitur Canggih

Berita Terkait

Wednesday, 18 June 2025 - 16:55 WIB

Iran Tolak Gencatan Senjata dengan Israel, Siap Sambut Kehancuran!

Wednesday, 18 June 2025 - 16:47 WIB

Grebeg Suro 2025 Jadi Momen Bersejarah, Ponorogo Terima Sertifikat UNESCO

Wednesday, 18 June 2025 - 16:38 WIB

Polda Jabar Tangkap 44 Tersangka Kasus Judi di Bandung, Lokasi Berkedok Tempat Hiburan

Wednesday, 18 June 2025 - 16:36 WIB

Puan Maharani Desak Evaluasi Menyeluruh SPMB 2025, Soroti Masalah Zonasi dan Manipulasi Data

Wednesday, 18 June 2025 - 16:33 WIB

Bolu Ketan Hitam Jadi Viral, Rasanya Bikin Penasaran!

Berita Terbaru