Swarawarta.co.id – Lonjakan kasus HIV di Kabupaten Ponorogo menjadi sorotan publik dan memantik reaksi dari berbagai kalangan termasuk dari kreator kesehatan, Dandy Kurniawan.
Sebelumnya, di Ponorogo memang ditemukan 13 orang pekerja cafe yang terindikasi HIV Aids.
Menurutnya, peningkatan angka kasus ini adalah sinyal serius bahwa penularan masih terjadi dan edukasi publik belum berjalan maksimal.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Artinya penularan masih jalan terus, Hal ini menunjukkan bahwa penularan masih terjadi, dan bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya kesadaran akan pentingnya tes HIV, mungkin karena masih banyak yang belum paham soal HIV seperti kurangnya edukasi terkait perilaku seksual yang aman, hingga masih kuatnya stigma sosial yang membuat orang takut untuk memeriksakan diri,”ujar Dandy saat diwawancarai secara khusus oleh tim swarawarta.
Kendati demikian, menurutnya hal ini harus jadi boomerang bagi semua orang agar melakukan edukasi dan mawas terhadap penyakit tersebut.
“Tapi justru ini jadi alasan kenapa kita harus lebih terbuka dan aktif kasih edukasi ke masyarakat. Harus ada gerakan bareng-bareng, dari pemerintah, nakes, sampai masyarakat, supaya yang sudah kena nggak merasa sendiri/dikucilkan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung penderita HIV untuk tidak merasa dikucilkan dan bagi yang belum tahu jadi paham bagaimana cara pencegahannya, ”
Dandy juga menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada pengobatan yang bisa benar-benar menyembuhkan HIV.
Namun, dengan terapi antiretroviral (ARV) virus ini bisa ditekan hingga tidak terdeteksi dalam darah.
Artinya, penderita tetap bisa hidup sehat, produktif, dan mencegah penularan ke orang lain.
“HIV hingga saat ini belum bisa disembuhkan secara total, tetapi bisa dikendalikan dengan pengobatan antiretroviral (ARV). Pengobatan ini bisa menurunkan jumlah virus hingga tidak terdeteksi, yang membuat penderita bisa hidup sehat dan berumur panjang, serta mencegah penularan ke orang lain,” sambungnya.
Menurutnya, persentase kesembuhan bagi penderita HIV Aids 0% kecuali memang ada keajaiban.
“Persentase kesembuhan total (eradikasi virus) masih nol karena virus HIV bisa bersembunyi dalam sel-sel tubuh (reservoir laten). Beberapa kasus seperti pasien Berlinatau pasien London sembuh karena transplantasi sumsum tulang, tapi itu sangat jarang dan tidak bisa dijadikan terapi umum,” bebernya.
Menanggapi mitos bahwa virus HIV akan “hilang” saat penderitanya meninggal, Dandy menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah bentuk penyembuhan.
“Terkait virus HIV saat seseorang meninggal, ya, virus itu akan berhenti berkembang karena tidak ada lagi sel hidup untuk diinfeksi. Namun, ini bukan penyembuhan, melainkan karena tubuh inangnya mati. Jadi tidak bisa dijadikan solusi atau alasan untuk menormalkan ketidakinginan berobat, ”
Dandy juga menyoroti masih kuatnya stigma sosial terhadap ODHA di masyarakat.
Ia menyayangkan bahwa masih banyak masyarakat yang menolak pasien HIV karena ketidaktahuan tentang cara penularan virus tersebut.
“Yang paling perlu dievaluasi adalah pemahaman masyarakat tentang HIV dan cara penularannya. Banyak orang masih percaya bahwa HIV bisa menular lewat bersalaman, berdekatan, atau memandikan jenazah padahal itu tidak benar. Ini adalah bentuk kegagalan edukasi publik,” bebernya
Tak hanya itu saja, creator dengan wajah tampan ini juga menganggap bahwa orang dengan pemikiran HIV adalah Aids adalah Mereka yang gagal paham.
“Stigma yang menganggap HIV sebagai aib seringkali berakar dari pemahaman moral yang sempit dan prasangka terhadap kelompok tertentu (seperti LGBT atau pengguna narkoba). Padahal siapa pun bisa tertular HIV, termasuk ibu rumah tangga, anak-anak, atau orang yang tidak memiliki riwayat risiko tinggi,”
Lebih lanjut dirinya membagikan sejumlah langkah mencegah HIV seperti berikut ini:
- Pendidikan kesehatan sejak dini, dengan pendekatan yang berbasis ilmu dan empati.
- Kampanye publik yang menghadirkan testimoni ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang hidup sehat dan produktif.
- Pelatihan bagi tokoh masyarakat dan agama agar bisa menjadi agen anti-stigma.
- Perlindungan hukum terhadap diskriminasi terhadap ODHA di tempat kerja, sekolah, atau lingkungan sosial lainnya.
- Menghapus stigma sama pentingnya dengan menyediakan obat.