Indonesia tengah berupaya memperkuat kekuatan pertahanannya, khususnya di sektor maritim. Salah satu langkah strategis yang sedang dijajaki adalah akuisisi kapal induk Giuseppe Garibaldi dari Italia. Langkah ini mencerminkan ambisi Indonesia untuk memiliki kapabilitas proyeksi kekuatan yang lebih besar di wilayah perairannya yang luas.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Muhammad Ali, secara terbuka menyatakan minat Indonesia terhadap kapal induk Giuseppe Garibaldi. Pernyataan ini disampaikan pada 8 September 2025, sesuai pemberitaan Antara News dan Channel News Asia. Akuisisi ini akan menjadi tonggak sejarah bagi TNI AL, karena Giuseppe Garibaldi akan menjadi kapal induk pertama yang dimiliki Indonesia.
Meskipun Garibaldi memiliki kemampuan tempur, Laksamana Ali menekankan bahwa prioritas utama penggunaan kapal induk ini adalah untuk misi kemanusiaan dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Namun, kapal induk ini tetap dapat dikerahkan untuk operasi militer jika diperlukan. Kemampuannya sebagai platform komando dan pusat logistik membuatnya ideal untuk berbagai macam misi, termasuk bantuan bencana alam yang sering melanda Indonesia sebagai negara kepulauan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Spesifikasi dan Kemampuan Giuseppe Garibaldi
Giuseppe Garibaldi adalah kapal induk STOVL (Short Take-Off and Vertical Landing) dengan panjang 180 meter. Kapal ini mampu menampung pesawat sayap tetap dan helikopter, memberikan fleksibilitas operasional yang signifikan. Kecepatannya mencapai 30 knot, dengan jangkauan hingga 7.000 mil laut, memungkinkan operasi di wilayah yang luas.
Persenjataan Garibaldi meliputi sistem pengacau radar canggih, peluncur rudal anti-udara Sea Sparrow/Selenia Aspide, sistem senjata Oto Melara 40L70 DARDO, tabung torpedo anti-kapal selam, dan rudal permukaan-ke-permukaan Otomat Mk 2. Meskipun sudah dinonaktifkan oleh Angkatan Laut Italia pada Oktober 2024, kapal ini masih memiliki potensi operasional yang cukup signifikan.
Alasan Akuisisi Kapal Induk dan Implikasinya
Keputusan Indonesia untuk mengakuisisi kapal induk, khususnya Garibaldi, didorong oleh beberapa faktor. Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan potensi bencana alam yang tinggi menjadi pertimbangan utama. Kapal induk dapat berperan penting dalam operasi penyelamatan dan bantuan bencana, menjangkau daerah terpencil dengan cepat dan efisien.
Selain itu, akuisisi ini juga menunjukkan ambisi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan proyeksi kekuatannya di laut. Kehadiran kapal induk akan memperkuat posisi Indonesia dalam menjaga keamanan maritim dan kedaulatannya di wilayah perairan yang luas. Ini sejalan dengan upaya Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kawasan regional.
Tantangan dan Pertimbangan
Meskipun menawarkan berbagai keuntungan, akuisisi dan pengoperasian kapal induk juga menghadirkan tantangan. Biaya perawatan dan operasional kapal induk sangat tinggi. Indonesia perlu mempertimbangkan secara matang aspek anggaran dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mendukung operasional kapal induk tersebut. Pelatihan kru dan perawatan kapal juga memerlukan investasi yang signifikan.
Integrasi Garibaldi ke dalam sistem pertahanan Indonesia juga perlu direncanakan dengan matang. Hal ini meliputi adaptasi sistem persenjataan, integrasi sistem komunikasi, dan pelatihan personil TNI AL untuk mengoperasikan kapal induk tersebut. Kerjasama internasional juga mungkin diperlukan untuk memastikan kesiapan operasional kapal secara maksimal.
Kesimpulannya, rencana akuisisi kapal induk Giuseppe Garibaldi merupakan langkah ambisius Indonesia untuk meningkatkan kekuatan pertahanan maritimnya. Meskipun terdapat tantangan, potensi manfaatnya dalam mendukung misi kemanusiaan, menjaga keamanan maritim, dan memperkuat proyeksi kekuatan Indonesia sangat signifikan. Keberhasilan proyek ini akan bergantung pada perencanaan yang matang, pengelolaan sumber daya yang efisien, dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak.