Egianus Kogoya: Tetap Lanjutkan Perlawanan Meski Klaim Lepaskan Pilot Philip Mehrtens atas Dasar Kemanusiaan

- Redaksi

Wednesday, 9 October 2024 - 18:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

SwaraWarta.co.id –  Egianus Kogoya, pemimpin Komando Daerah Pertahanan III Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB),

menyatakan dirinya tidak akan menghentikan serangan terhadap aparat keamanan Indonesia dan warga non-Papua, meskipun ia mengklaim telah membebaskan pilot Philip Mehrtens atas dasar kemanusiaan.

ADVERTISEMENT

ads.

SCROLL TO RESUME CONTENT

Egianus merupakan sosok kontroversial yang memimpin salah satu kelompok milisi pro-kemerdekaan Papua yang beroperasi di wilayah Kabupaten Nduga.

Sebagai bagian dari sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM), TPNPB telah lama melakukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia, dengan tujuan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melalui wawancara yang dilakukan dengan BBC News Indonesia pada Jumat, 4 Oktober, Egianus menegaskan bahwa perjuangan bersenjata yang ia pimpin akan terus berlanjut.

Ini adalah wawancara pertamanya dengan media, yang memberikan gambaran lebih mendalam mengenai pandangan dan strategi kelompoknya.

Dalam wawancara tersebut, Egianus secara tegas menyatakan bahwa TPNPB akan terus melakukan perlawanan sampai Papua memperoleh kemerdekaannya.

“Kami akan perang terus sampai Papua lepas dari Indonesia,” ujarnya.

Meskipun klaim pembebasan pilot Philip Mehrtens dilakukan atas dasar kemanusiaan, hal ini tampaknya tidak menghentikan Egianus dan kelompoknya dari melancarkan serangan terhadap aparat maupun warga non-Papua.

Pernyataan Egianus datang di tengah situasi Papua yang terus memanas, dengan banyaknya konflik bersenjata yang terjadi di wilayah pegunungan dan pedalaman.

Baca Juga :  Siswa di Papua Tolak Makan Bergizi Gratis, Istana Angkat Bicara

Wilayah Nduga sendiri dikenal sebagai salah satu daerah yang paling sering menjadi pusat konflik antara kelompok pro-kemerdekaan dan aparat keamanan Indonesia.

TPNPB, yang dipimpin Egianus, secara terbuka mengakui bertanggung jawab atas sejumlah serangan terhadap pos-pos keamanan dan fasilitas milik pemerintah.

BBC dalam wawancaranya juga menyoroti bagaimana aksi kekerasan dan penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok Egianus kerap berdampak negatif terhadap masyarakat asli Papua.

Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah terganggunya akses transportasi udara ke berbagai desa di wilayah pegunungan.

Penutupan jalur transportasi ini sering kali menyebabkan kesulitan bagi warga lokal dalam mendapatkan kebutuhan pokok, pelayanan kesehatan, dan akses pendidikan.

Namun, Egianus tetap teguh pada pendiriannya bahwa perlawanan bersenjata adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kemerdekaan Papua.

Dalam wawancara tersebut, Egianus juga mengkritik pemerintah Indonesia yang ia anggap bertanggung jawab atas berbagai masalah yang dihadapi masyarakat Papua.

Menurutnya, kekerasan yang terjadi di Papua adalah bentuk reaksi atas ketidakadilan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Ia menyebut bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah benar-benar memperhatikan kesejahteraan masyarakat Papua, dan hanya mengeruk kekayaan alam yang ada di tanah mereka.

Baca Juga :  Seorang Pria Ditemukan Tewas Setengah Telanjang di Kebun Tebu Jombang

Sementara itu, pihak kepolisian dan militer Indonesia menegaskan bahwa mereka tidak akan mengurangi intensitas pengejaran terhadap Egianus dan kelompoknya.

Aparat keamanan menyebut kelompok yang dipimpin Egianus sebagai “kelompok kriminal bersenjata” (KKB), istilah yang digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk merujuk pada milisi pro-kemerdekaan Papua.

Kapolda Papua dan Pangdam Cenderawasih dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa mereka akan terus melakukan operasi keamanan untuk menangkap Egianus dan menumpas kelompoknya.

Pengejaran terhadap Egianus dan kelompoknya telah berlangsung selama bertahun-tahun, namun hingga kini mereka masih sulit untuk ditangkap.

Hal ini disebabkan oleh medan yang sulit di wilayah pegunungan Papua serta dukungan dari sebagian masyarakat lokal yang masih bersimpati terhadap perjuangan kemerdekaan.

Selain membahas konflik dengan pemerintah Indonesia, Egianus juga menanggapi beberapa isu yang muncul dari internal kelompoknya.

Salah satu tuduhan yang beredar adalah bahwa Egianus diduga menerima uang dari pemerintah Indonesia, yang dituduhkan oleh beberapa anggota TPNPB sebagai bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan mereka.

Selain itu, Egianus juga dituduh mendukung Edison Gwijangge, mantan Penjabat Bupati Nduga, yang diduga memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Indonesia.

Menanggapi tuduhan tersebut, Egianus secara tegas membantahnya. Ia menyatakan bahwa semua tuduhan tersebut tidak berdasar dan merupakan upaya untuk memecah belah kelompoknya.

Baca Juga :  Kayu Hanyut Jadi Berkah, Warga Skouw Papua Raup Penghasilan dari PLTU

Menurutnya, perjuangan yang ia pimpin adalah murni untuk kemerdekaan Papua dan tidak ada keterlibatan dengan pihak pemerintah Indonesia.

Wawancara Egianus dengan BBC ini menegaskan bahwa konflik di Papua masih jauh dari selesai.

Meskipun ada tekanan dari pihak pemerintah Indonesia dan dunia internasional, kelompok-kelompok pro-kemerdekaan seperti TPNPB tampaknya masih berkomitmen untuk melanjutkan perlawanan bersenjata.

Egianus Kogoya, sebagai salah satu pemimpin utama gerakan ini, tetap teguh pada sikapnya bahwa perjuangan akan terus berlangsung sampai tujuan mereka tercapai, yaitu kemerdekaan Papua.

Dalam konteks yang lebih luas, situasi ini menimbulkan tantangan besar bagi pemerintah Indonesia.

Upaya untuk meredam konflik melalui pendekatan keamanan telah dilakukan selama bertahun-tahun, namun belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Di sisi lain, peran masyarakat internasional dalam mendukung dialog damai antara pemerintah Indonesia dan kelompok-kelompok pro-kemerdekaan Papua juga semakin mendesak, guna mencari solusi yang adil bagi semua pihak.

Konflik berkepanjangan di Papua ini memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif, tidak hanya melalui operasi militer,

tetapi juga dengan membuka ruang dialog yang dapat menjembatani kepentingan semua pihak, termasuk masyarakat asli Papua yang terdampak langsung oleh kekerasan ini.***

Berita Terkait

Cara Klaim BPJS Ketenagakerjaan dengan Cepat dan Mudah yang Wajib Kamu Ketahui
Berapa Lama Jangka Waktu Pemblokiran Rekening oleh PPATK? Pahami Aturan dan Prosedurnya
10 Ciri-ciri Rekening Diblokir oleh PPATK, Waspada Sebelum Transaksi Mandek Tiba-Tiba!
Honorer Non Database Bisa Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu: Ini Syaratnya!
Cara Cek Hasil Pengumuman KIP Kuliah 2025 dengan Mudah
Cara Beli Tiket Final AFF U-23 Indonesia Vs Vietnam Nanti Malam
Angka Kemiskinan Terus Meningkat di Indonesia, Apakah Ini Tanggung Jawab Pemerintah?
Cara Cek NPWP Online dengan Mudah Tanpa Ribet yang Belum Banyak Diketahui Orang

Berita Terkait

Friday, 1 August 2025 - 11:06 WIB

Cara Klaim BPJS Ketenagakerjaan dengan Cepat dan Mudah yang Wajib Kamu Ketahui

Thursday, 31 July 2025 - 09:33 WIB

Berapa Lama Jangka Waktu Pemblokiran Rekening oleh PPATK? Pahami Aturan dan Prosedurnya

Thursday, 31 July 2025 - 09:24 WIB

10 Ciri-ciri Rekening Diblokir oleh PPATK, Waspada Sebelum Transaksi Mandek Tiba-Tiba!

Tuesday, 29 July 2025 - 10:06 WIB

Honorer Non Database Bisa Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu: Ini Syaratnya!

Tuesday, 29 July 2025 - 09:53 WIB

Cara Cek Hasil Pengumuman KIP Kuliah 2025 dengan Mudah

Berita Terbaru

Pengertian Seni Rupa yang Lebih dari Sekadar Gambar

Pendidikan

Pengertian Seni Rupa yang Lebih dari Sekadar Gambar

Friday, 1 Aug 2025 - 11:29 WIB