SwaraWarta.co.id – Konflik antara Thailand dan Kamboja mungkin tidak sepopuler perang di belahan dunia lain, namun perselisihan ini sempat menjadi perhatian internasional karena melibatkan kekuatan militer dan warisan sejarah.
Penyebab perang Thailand dengan Kamboja ternyata bukan hanya persoalan batas wilayah, tetapi juga menyangkut identitas budaya dan nasionalisme yang kuat dari kedua negara.
Konflik memuncak pada tahun 2008 hingga 2011, saat ketegangan di sekitar Candi Preah Vihear kembali memanas. Candi kuno ini terletak di perbatasan kedua negara dan telah lama menjadi objek sengketa.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski Mahkamah Internasional pada tahun 1962 memutuskan bahwa candi tersebut berada di wilayah Kamboja, Thailand tetap bersikeras bahwa sebagian area di sekitar candi merupakan wilayahnya.
Penyebab utamanya bisa diringkas menjadi tiga faktor penting:
- Sengketa Wilayah Perbatasan
Setelah keputusan Mahkamah Internasional, peta batas antara Thailand dan Kamboja masih belum sepenuhnya disepakati. Kedua negara memiliki versi peta masing-masing, yang menyebabkan klaim tumpang tindih dan mendorong militer dari kedua belah pihak untuk menempatkan pasukan di zona sengketa. - Nasionalisme dan Politik Dalam Negeri
Persoalan nasionalisme memainkan peran besar. Baik di Thailand maupun Kamboja, para politisi menggunakan isu ini untuk memperkuat dukungan rakyat. Di Thailand, ketegangan meningkat saat tekanan politik dalam negeri sedang tinggi, sementara di Kamboja, pemerintah menggunakan konflik ini untuk menunjukkan ketegasan nasional. - Warisan Sejarah dan Budaya
Candi Preah Vihear bukan hanya simbol agama dan budaya, tapi juga lambang kejayaan masa lalu. Thailand dan Kamboja sama-sama mengklaim keterkaitan sejarah dengan candi tersebut. Perselisihan ini menimbulkan sentimen emosional yang dalam di kedua negara.
Meski saat ini konflik telah mereda dan upaya diplomasi terus dilakukan, penyebab perang Thailand dengan Kamboja menjadi pelajaran penting bahwa sengketa wilayah tak hanya soal batas fisik, tetapi juga tentang identitas dan warisan yang dijaga oleh suatu bangsa. Untuk menjaga perdamaian di kawasan ASEAN, dialog terbuka dan kerja sama regional tetap menjadi kunci utama.